WASIAT SEORANG IBU KEPADA ANAK PEREMPUANNYA

Rabu, 06 November 2013

0 komentar
Anjuran Berwasiat Kepada Calon Isteri
Anas mengatakan bahwasanya para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika mempersembahkan (menikahkan) anak perempuan kepada calon suaminya, mereka memerintahkan kepadanya untuk berkhidmat kepada suami dan senantiasa menjaga hak suami.

Pesan Bapak Kepada Anak Perempuannya Saat Pernikahan
Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib mewasiatkan anak perempuannya, seraya berkata, “Jauhilah olehmu perasaan cemburu, karena rasa cemburu adalah kunci jatuhnya thalak. Juga jauhilah olehmu banyak mengeluh, karena keluh kesah menimbulkan kemarahan, dan hendaklah kamu memakai celak mata karena itu adalah perhiasan yang paling indah dan wewangian yang paling harum”.

Pesan Ibu Kepada Anak Perempuannya
Diriwayatkan bahwa Asma binti Kharijah Al-Farzari berpesan kepada anak perempuannya disaat pernikahannya, “Sesungguhnya engkau telah keluar dari sarang yang engkau tempati menuju hamparan yang tidak engkau ketahui, juga menuju teman yang engkau belum merasa rukun dengannya. Oleh karena itu jadilah engkau sebagai bumi baginya, maka dia akan menjadi langit untukmu. Jadilah engkau hamparan baginya, niscaya ia akan menjadi tiang untukmu. Jadilah engkau hamba sahaya baginya, maka niscaya ia akan menjadi hamba untukmu. Janganlah engkau meremehkannya, karena niscaya dia akan membencimu dan janganlah menjauh darinya karena dia akan melupakanmu. Jika dia mendekat kepadamu maka dekatkanlah dirimu, dan jika dia menjauhimu maka menjauhlah darinya. Jagalah hidungnya, pendengarannya, dan matanya. Janganlah ia mencium sesuatu darimu kecuali wewangian dan janganlah ia melihatmu kecuali engkau dalam keadaan cantik. [1]

Pesan Amamah binti Harits Kepada Anak Perempuannya Saat Pernikahan.
Amamah bin Harits berpesan kepda anak perempuannya tatkala membawanya kepada calon suaminya, “Wahai anak perempuanku! Bahwasanya jika wasiat ditinggalkan karena suatu keistimewaan atau keturunan maka aku menjauh darimu. Akan tetapi wasiat merupakan pengingat bagi orang yang mulia dan bekal bagi orang yang berakal. Wahai anak perempuanku! Jika seorang perempuan merasa cukup terhadap suami lantaran kekayaan kedua orang tuanya dan hajat kedua orang tua kepadanya, maka aku adalah orang yang paling merasa cukup dari semua itu. Akan tetapi perempuan diciptakan untuk laki-laki dan laki-lakai diciptakan untuk perempuan. Oleh karena itu, wahai anak perempuanku! Jagalah sepuluh perkara ini.
Ø  Pertama dan kedua : Perlakuan dengan sifat qana’ah dan mu’asyarah melalui perhatian yang baik dan ta’at, karena pada qan’aah terdapat kebahagiaan qalbu, dan pada ketaatan terdapat keridhaan Tuhan.
Ø  Ketiga dan keempat : Buatlah janji dihadapannya dan beritrospeksilah dihadapannya. Jangan sampai ia memandang jelek dirimu, dan jangan sampai ia mencium darimu kecuali wewangian.
Ø  Kelima dan keenam : Perhatikanlah waktu makan dan tenangkanlah ia tatkala tidur, karena panas kelaparan sangat menjengkelkan dan gangguan tidur menjengkelkan.
Ø  Ketujuh dan kedelapan : Jagalah harta dan keluarganya. Dikarenakan kekuasaan dalam harta artinya pengaturan keuangan yang bagus, dan kekuasaan dalam keluarga artinya perlakuan yang baik.
Ø  Kesembilan dan kesepuluh : Jangan engkau sebarluaskan rahasianya, serta jangan engkau langgar peraturannya. Jika engkau menyebarluaskan rahasianya berarti engkau tidak menjaga kehormatannya. Jika engkau melanggar perintahnya berarti engkau merobek dadanya. [2]
Bahwasanya keagungan baginya yang paling besar adalah kemuliaan yang engkau persembahkan untuknya, dan kedamaian yang paling besar baginya adalah perlakuanmu yang paling baik. Ketahuilah, bahwasanya engkau tidak merasakan hal tersebut, sehingga engkau mempengaruhi keinginannya terhadap keinginanmu dan keridhaannya terhadap keridhaanmu (baik terhadap hal yang engkau sukai atau yang engkau benci). Jauhilah menampakkan kebahagiaan dihadapannya jika ia sedang risau, atau menampakkan kesedihan tatkala ia sedang gembira.
Tatkala Ibnu Al-Ahwash membawa anak perempuannya kepada amirul mukminin Ustman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, dan orang tuanya telah memberinya nasihat, Ustman berkata, “Pondasi mana saja, bahwasanya engkau mengutamakan perempuan dari suku Quraisy, karena mereka adalah perempuan yang paling pandai memakai wewangian daripada engkau. Oleh karena itu perliharalah dua perkataan : Nikahlah dan pakailah wewangian dengan menggunakan air hingga wangimu seperti bau yang ditimpa air hujan.
Ummu Mu’ashirah menasihati anak perempuannya dengan nasihat sebagai berikut (sungguh aku membuatnya tersenyum bercampur sedih): Wahai anakku.. engkau menerima untuk menempuh hidup baru… kehidupan yang mana ibu dan bapakmu tidak mempunyai tempat di dalamnya, atau salah seorang dari saudaramu. Dalam kehidupan tersebut engkau menjadi teman bagi suamimu, yang tidak menginginkan seorangpun ikut campur dalam urusanmu, bahkan juga daging darahmu. Jadilah istri untuknya wahai anakku, dan jadilah ibu untuknya. Kemudian jadikanlah ia merasakan bahwa engkau adalah segala-galanya dalam kehidupannya, dan segala-galanya di dunia.
Ingatlah selalu bahwasanaya laki-laki anak-anak atau dewasa memiliki kata-kata manis yang lebih sedikit, yang dapat membahagiankannya. Janganlah engkau membuatnya berperasaan bahwa dia menikahimu menyebabkanmu merasa jauh dari keluarga dan sanak kerabatmu. Sesungguhnya perasaan ini sama dengan yang ia rasakan, karena dia juga meninggalkan rumah orang tuanya, dan keluarga karena dirimu. Tetapi perbedaan antara dia dan kamu adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dan perempuan selalu rindu kepada keluarga dan tempat ia dilahirkan, berkembang, besar dan menimba ilmu pengetahuan. Akan tetapi sebagai seorang isteri ia harus kembali kepada kehidupan baru. Dia harus membangun hidupnya bersama laki-laki yang menjadi suami dan perlindungannya, serta bapak dari anak-anaknya. Inilah duaniamu yang baru.
Wahai anakku, inilah kenyataan yang engkau hadapi dan inilah masa depanmu. Inilah keluargamu, dimana engkau dan suamimu bekerja sama dalam mengarungi bahtera rumah tannga. Adapun bapakmu, itu dulu. Sesungguhnya aku tidak memintamu untuk melupakan bapakmu, ibumu dan sanak saudaramu, karena mereka tidak akan melupakanmu selamanya wahai buah hatiku. Bagaimana mungkin seorang ibu melupakan buah hatinya. Akan tetapi aku memintamu untuk mencintai suamimu dan hidup bersamanya, dan engkau bahagia dengan kehidupan berumu bersamanya.
Seorang perempuan berwasiat kepada anak perempuannya, seraya berkata, “Wahai anakku, jangan kamu lupa dengan kebersihan badanmu, karena kebersihan badanmu menambah kecintaan suamimu padamu. Kebersihan rumahmu dapat melapangkan dadamu, memperbaiki hubunganmu, menyinari wajahmu sehingga menjadikanmu selalu cantik, dicintai, serta dimuliakan di sisi suamimu. Selain itu disenangi keluargamu, kerabatmu, para tamu, dan setiap orang yang melihat kebersihan badan dan rumah akan merasakan ketentraman dan kesenangan jiwa”.
[Disalin dari buku Risalah Ilal Arusain wa Fatawa Az-Zawaz wa Muasyaratu An-Nisaa, Edisi Indonesia Petunjuk Praktis dan Fatwa Pernikahan, Penulis Abu Abdurrahman Ash-Shahibi,Penerbit Najla Press] 
_________
FooteNote
[1]. Ahkamu An-Nisa karangan Ibnu Al-Jauzi hal.79
[2]. Ahkamu An-Nisa karangan Ibnu Al-Jauzi hal.80


KEPADA (YAHUDI) UMAT YANG DIMURKAI

0 komentar

Oleh:
Syaikh Robi’ bin Hadi Al-Madkholy -Rahimahullahu Ta’ala.
17 oktober 2010


Kepada umat yang dimurkai, yang Allah berfirman tentang mereka,

فَبَاؤُواْ بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ

“Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.” (Al Baqoroh : 90)

Kepada umat yang hina dina yang Allah timpakan kepada mereka kehinaan karena kekufuran mereka dan perbuatan mereka membunuh para nabi.

﴿ ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللهِ وَيَقْتُلُونَ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ ﴾

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas”. (Ali Imron : 112)

Inilah sebagian sifat-sifat kalian yang menyebabkan kalian hina, rendah dan mendapatkan murka dari Allah. Dan tidak akan tegak kekuasaan kalian kecuali kalian berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia sampai masa kita ini dan sampai hari kiamat.

Kalian tidak punya sandaran keimanan dan akidah, kalian juga tidak punya sandaran sifat kejantanan dan keberanian. Kalian senantiasa berperang dari balik-balik tembok, perpecahan sesama kalian  sangatlah keras.

Sesungguhnya sifat-sifat keji kalian sangatlah banyak, antara lain : khianat, mungkir, membuat-buat fitnah, menyalakan api peperangan, membuat kerusakan di muka bumi dan setiap kali kalian menyalakan api peperangan Allah memadamkannya. Sejarah kalian sungguh hitam dan kehinaan kalian tidak asing lagi bagi seluruh umat-umat.

Untuk umat (Yahudi) ini aku katakan – dan juga dikatakan oleh setiap muslim yang tulus : Janganlah kalian angkuh dan sombong. Janganlah kalian terpedaya oleh kemenangan semu yang kalian dapatkan. Sesungguhnya kalian  demi Allah tidak pernah menang atas pasukan Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallama dan tidak pernah menang atas akidah Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallama; yaitu akidah tauhid “Laa Ilaaha Illallah”. Kalian tidak pernah menang atas pasukan yang dipimpin oleh orang-orang semisal Kholid bin Al Walid, Abu Ubaidah bin Al Jarroh, Sa’ad bin Abi Waqqosh, Amru bin Al ‘Ash dan Nu’man bin Muqrin dari orang-orang yang terdidik di atas akidah Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallama dan manhaj Muhamad shollallahu ‘alaihi wa sallama. Serta mereka mendidik pasukan mereka di atas itu, dan memimpin mereka untuk meninggikan Kalimatullah. Orang-orang yang lebih kuat dan perkasa dari kalian seperti balatentara kisra dan kaisar tidak sanggup berdiri menghadang mereka.
Kalian tidak pernah menang atas pasukan yang seperti ini jati diri, akidah dan manhajnya, dan yang cita-citanya adalah menegakkan Kalimatullah. Kalian hanya menang melawan pasukan-pasukan dari generasi-generasi yang dikatakan Allah Ta’ala,

﴿ فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ﴾

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan,”. (Maryam : 59)

Kalian menang atas pasukan yang kebanyakan mereka tidak berakidah seperti akidah Muhamad shollallahu ‘alaihi wa sallama dan sahabat-sahabatnya, tidak mengikuti manhaj Muhamad shollallahu ‘alaihi wa sallama dan tentaranya, tujuannya pun tidak sama dengan tujuan yang dulu mereka berjihad karenanya.

Atas orang-orang yang seperti buih-buih di permukaan airlah kalian menang. Dikarenakan kesia-siaan dan kegagalan mereka negara kalian bisa tegak, dan kalian merasa berkuasa di bumi serta menyebarkan kerusakan padanya

﴿ وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا . فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُواْ خِلالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُولاً . ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا . إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الآخِرَةِ لِيَسُوؤُواْ وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُواْ الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا ﴾

“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”. (Al Isro’ : 4-7)

Inilah sejarah kalian, dan beginilah Allah memperlakukan kalian. Sekalipun ini telah berlalu di tangan orang-orang majusi. Maka kalian – insya Allah – akan mendapatkan apa yang lebih dahsyat dari itu ditangan tentara Muhamad shollallahu ‘alaihi wa sallama, tentara islam sebagaimana Allah telah mengancam kalian dengan itu karena kerendahan dan kehinaan kalian di sisiNya.


﴿ وَإِنْ عُدتُّمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا ﴾

“Dan Sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Al-Isro’ :

Sekarang kalian kembali mengulangi kedurhakaan, dan akan kembali kepada kalian hukuman yang keras dari Allah yang tidak pernah mengingkari janji-Nya, dan di atas tangan-tangan pasukan Muhamad bukan di tangan anak-anak buatan kalian dan barat yang Kristen dan matrealisme. Jangan kalian angkuh dan bangga, demi Allah kalian tidak pernah menang atas islam, tidak atas pasukan Muhamad, (Umar) Al Faruq, Kholid dan saudara-saudaranya dari tentara-tentara Allah dan tentara-tentara islam.

Kepada seluruh kaum muslimin – pemerintah dan rakyatnya, kelompok-kelompok dan golongan-golongan, para ulama dan cendikiawan- sampai kapan kalian cenderung kepada kehidupan yang hina ini!?  Sampai kapan kalian hidup seperti buih-buih di lautan!? Sampai kapan!? Dan sampai kapan!? Mana orang-orang pintar kalian!? Mana ulama-ulama kalian!? Mana para cendikiawan kalian!? Dan mana panglima-panglima pasukan kalian!? Kalian telah mendirikan ribuan sekolah dan universitas, lantas apa buahnya!? Demi Allah, kalau sepersepuluh dari orang-orang yang menisbatkan diri kepada sekolah-sekolah dan universitas-universitas ini  tegak di atas Minhaj Nubuwwah, baik akidah, akhlak, dan undang-undang, niscaya akan menerangi dunia dengan cahaya keimanan dan tauhid, serta sirnalah kegelapan kebodohan, syirik dan bid’ah. Dan musuh-musuh kalian tidak akan menguasai kalian seperti saat ini. Dan jika ada sebagian perguruan tinggi ini tegak di atas manhaj yang hak ini orang-orang yang tidak menyukai manhaj ini menyusup kedalamnya, lalu mempengaruhi perjalanannya dan merobah haluan kebanyakan orang-orang yang menisbatkan diri kepadanya, maka hanya kepada Allah semata tempat mengadu.

Tidakkah realita pahit ini mewajibkan kalian untuk mengkaji ulang konsep-konsep sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi kalian serta konsep pembinaan kalian? Tidakkah telah datang saatnya untuk berpikir sungguh-sungguh dalam merobah kondisi ini? Dan membalikkan menjadi lebih baik, serta menegakkan manhaj-manhaj islamiyah yang shohih yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah shollallahu ‘alahi wa sallama dan Manhaj as Salafush sholeh. Demi Allah tidak akan baik akhir umat ini kecuali dengan apa-apa yang telah membuat baik generasi awalnya.

Robahlah manhaj-manhaj ini, yang kebanyakannya tidak menghasilkan untuk kalian kecuali buih-buih diatas permukaan air. Tegakkanlah di atas puing-puingnya manhaj robbany yang tidak ada kebaikan, keberuntungan dan kesuksesan di dunia dan akhirat bagi kalian kecuali dengannya, jika kalian menginginkan untuk diri kalian dan umat kalian keberuntungan, kebaikan dan kemenangan atas musuh-musuh, terutama atas orang-orang yang Allah timpakan atas mereka kehinaan dan kerendahan (yahudi).

Dan kepada para pemimpin kaum muslimin – secara khusus – sesungguhnya di atas pundak kalian ada tanggung jawab yang sangat besar;
·         Pertama : komitmen kalian kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, serta siroh Al Khulafa’ Ar Rosyidin, dalam akidah, ibadah dan politik kalian. Dan dalam membawa rakyat kalian serta mendidik mereka di atas itu semua.

Adalah kewajiban dari Robb kalian atas kalian untuk mencampakkan undang-undang buatan manusia – demi Allah – yang terkebelakang itu. Lalu memimpin umat kalian dalam segala aspek kehidupannya dengan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya serta sunnah khulafa ar rosyidin; baik yang berkaitan dengan agama maupun dunianya.

Sesungguhnya kalian adalah hamba-hamba Allah, hidup di bumi-Nya, dan dari rizkiNya lah kalian makan, minum dan berpakaian. Maka merupakan kewajiban kalian untuk mengibadati-Nya, bersyukur kepada-Nya dan berbangga dengan agama serta syari’at-Nya, lalu kalian berpegang teguh dengannya, dan mewajibkan rakyat kalian untuk memegang teguhnya, karena manusia itu mengikuti agama raja-rajanya. Sesungguhnya Allah mengangkat sesuatu dengan kekuasaan, apa yang tidak diangkatnya dengan Al Qur’an, sebagaimana dikatakan oleh Al Kholifah Ar Rosyid Utsman.

·         Kedua : hendaklah kalian membentuk pasukan-pasukan islamiyah yang terdidik di atas Al Kitab dan As Sunnah serta di atas azas-azas kemiliteran islami. untuk merealisasikan tujuan dan cita-cita pasukan pengikut Nabi Muhammad, kalian wajib mendidiknya di atas akidah dan manhaj Muhamad shollallahu ‘alaihi wa sallama, Al Faruq dan Kholid. Serta mendidik mereka di atas cita-cita yang telah digariskan Allah untuk Muhamad dan sahabat-sahabatnya, agar mereka menjadi tentara Allah sejati. Ketika itulah kalian tidak akan terkalahkan.
﴿ وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ ﴾

“Dan Sesungguhnya tentara Kami Itulah yang pasti menang”. (Ash-Shoffat : 173)

Bukan di atas cita-cita dan tujuan duniawiyah, slogan-slogan jahiliyah seperti sukuisme, nasionalisme dan rasisme, serta apa yang lebih buruk dari pada itu.

Sungguh telah cukup bagi kalian – insya Allah – dan telah cukup bagi umat kalian apa yang menimpa kalian dan mereka, yaitu pelecehan umat paling hina lagi rendah dan tantangan mereka kepada kalian. Serta keangkuhan, kesombongan dan perbuatan aniaya mereka kepada kalian. Demi Allah tidak ada yang bisa menolak keburukan dan kesombongan ini melainkan dengan berpegang teguh kepada islam dan mendidik umat kalian serta pasukan-pasukan kalian di atas pokok-pokoknya dan dasar-dasarnya di samping itu meruntuhkan segala syi’ar, pemikiran dan akidah yang telah membawa umat kepada realita pahit ini.

Dan kepada rakyat Palestina – secara khusus – rakyat ini wajib mengetahui; bahwasanya (dahulu) Palestina tidak ditaklukan kecuali dengan islam ditangan (Umar) Faruq-nya islam serta pasukan-pasukan islamiyahnya. Dan Palestina tidak akan bisa dibebaskan dari kotoran yahudi kecuali dengan islam yang hak, yang dengannya dahulu Palestina ditaklukan melalui tangan Al Faruq (Umar).

Kalian telah banyak berjuang dan sangat banyak. Saya tidak pernah mengetahui suatu bangsa yang memiliki kesabaran seperti kesabaran kalian. Akan tetapi banyak dari kalian tidak mengemban akidah Al Faruq dan manhajnya. Kalau jihad kalian tegak di atas ini, niscaya problema kalian akan lenyap, dan kalian pasti meraih kemenangan. Maka wajib atas kalian menegakkan akidah-akidah kalian, manhaj-manhaj kalian dan jihad kalian di atas Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Kalian wajib berpegang teguh semuanya dengan tali Allah dan janganlah berpecah-belah. Lakukanlah semua ini dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan; di mesjid-mesjid, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi-perguruan tinggi kalian. Serta tepatilah janji kepada Allah dalam semua itu – insya Allah – untuk mewujudkan kemenangan sesungguhnya atas yahudi saudara-saudara kera dan babi.

Dan sesungguhnya penduduk Syam yang muslim dijanjikan kemenangan atas yahudi dan nasrani melalui lisan Ash Shodiqul Mashduq shollallahu ‘alaihi wa sallama. Maka sinsingkanlah lengan niscaya Allah akan mewujudkan janjiNya untuk kalian. Tanpa itu kalian tidak akan mendapatkan kecuali kerugian.

Demi Allah, tidak bermanfaat bagi kalian campur tangan Amerika dan PBB, begitu juga sukuisme dan nasionalisme yang dimurkai Allah.

Segeralah! Segeralah jalani sebab-sebab kemenangan hakiki. Telah cukup bagi kalian pengalaman-pengalaman yang tidak memberikan apa-apa untuk kalian. Janganlah seperti yang dikatakan (permisalan arab), “Bagaikan seekor onta ditengah gurun, mati kehausan Sedangkan ia membawa air di atas punggungnya”.

Ya Allah, wujudkanlah untuk umat ini perkara yang baik yang padanya wali-wali-Mu menjadi mulia dan musuh-musuh-Mu padanya menjadi hina. Ya Allah tinggikanlah Kalimat-Mu, muliakanlah Din-Mu dan muliakanlah dengannya kaum muslimin, bimbinglah mereka kepada-Mu dan kepada agama-Mu, sesungguhnya Engkau Maha mendengarkan do’a.



Sumber :
Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

INSAN MANDIRI FARM iNDONESIA
Lihat profil lengkapku

Domain .COM Termurah

Hosting Unlimited Indonesia