FAKTA ILMIAH DIBALIK HADITS PERBEDAAN AIR KENCING BAYI
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
عَنْ أَبِي السَّمْحِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُغْسَلُ
مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ وَيُرَشُّ مِنْ بَوْلِ الْغُلَامِ. أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد وَالنَّسَائِيُّ وَصَحَّحَهُ
الْحَاكِمُ
Dari Abu Samah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Bekas air kencing bayi
perempuan harus dicuci dan bekas air kencing bayi laki-laki cukup diperciki
dengan air." [Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Nasa'i. Oleh Hakim hadits
ini dinilai shahih dan Syaikh Abu Malik Kamal menilai hasan dalam “Shahih Fiqh As-Sunnah”; Bulughul Maram
(no. 27)].
Abu Qatadah rahimahullah berkata:” Ini
kalau keduanya belum memakan makanan, sedangkan jika sudah memakan makanan maka
dicuci air kencing dari keduanya.” [HR. Ahmad dalam Musnad beliau no.
563, dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Syu’aib al-Arna’uth dalam Ta’liq
beliau terhadap al-Musnad].
Dalam riwayat lain bahwa: “Sesungguhnya
Ummu Qais telah datang kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beserta bayi laki-lakinya
yang belum makan makanan selain ASI Sesampainya di depan Rasulullah beliau
dudukan anak itu dipangkuan beliau, kemudian beliau dikencinginya, lalu beliau
meminta air, lantas beliau percikan air itu pada kencing kanak-kanak tadi, tetapi
beliau tidak membasuh kencing tadi” [Riwayat bukhari dan muslim]
ISLAM
telah merinci dengan perincian yang sangat rinci dalam masalah najis. Karena
sesungguhnya najis adalah tempat-tempat di mana di dalamnya terdapat banyak
sumber penyakit.
Dalam
Islam pembersihan/penyucian pun bermacam-macam. Hal itu tergantung pada jenis
najis dan bentuknya.
Diantara
najis-najis ada yang bisa dihilangkan dan dibersihkan dengan mencucinya dengan
air—dan ini kebanyakannya—atau menuangkan air di atasnya. Dan diantaranya pula
ada yang dibersihkan dengan menggosoknya dengan tanah, atau dengan
menghilangkan atau dengan mengubahnya ke zat lain. Dan cara-cara lainnya untuk
membersihkan. Dan Islam membagi najis menjadi dua, yaitu najis mutawasitoh
(sedang) dan mukhaffah (ringan). Dan dari pembedaan dan pembagian ini ada
yang berkaitan dengan pembedaaan antara air kencing bayi laki-laki—yang hanya
mengonsumi ASI saja—dengan air kencing bayi perempuan.
Islam
menjadikan air kencing bayi laki-laki sebagai bagian dari najis mukhaffah
(ringan) dan cukup dibersihkan dengan percikan air di atasnya, sementara
syari’at menjadikan air kencing bayi wanita sebagai bagian dari mutawasitoh
(sedang) dan tidak sempurna cara penyucian/pembersihannya kecuali dengan
mencuci sisa-sisanya dengan air.
Tentang
air kencing bayi laki-laki dan perempuan, sebuah eksperimen ilmiah modern
telah mengungkap rahasia di balik pembedaan antara air kencing bayi
laki-laki dan bayi perempuan, dan menetapkan bahwasanya di sana ada perbedaan
di antara keduanya.
Penelitian Ilmiah Modern –yang dilakukan di bidang
ini- mengungkapkan adanya perbedaan antara urin (air kencing) bayi laki-laki
dan bayi perempuan. Dan salah satu penelitian tersebut adalah penelitian yang
dilakukan oleh Ashil Muhammad Ali dan Ahmad Muhammad Shalih dari Universitas
Dohuk, Irak. Dan kesimpulan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
"Telah
selesai proses pengkajian persentase keberadaan bakteri dalam urin/air kencing
bayi dalam masa menyusu dan bayi yang baru lahir, di mana mereka mengumpulkan
sampel urin bayi secara acak yang berjumlah 73 bayi (35 perempuan dan 38
laki-laki). Mereka mengklasifikasikan/mengelompokkannya ke dalam empat kelompok
umur; umur di bawah satu bulan, umur satu bulan sampai dua bulan, kemudian
(dari dua bulan) sampai tiga bulan dan kemudian lebih dari tiga bulan dengan
kemungkinan meningkatnya konsumsi makanan.
Sampel
dikumpulkan dan diangkut langsung untuk diperiksa secara laboratoris dan proses
terus berlanjut selama beberapa bulan, dengan mempertimbangkan kemungkinan tingkat
maksimum sterilisasi dan menghindari kontaminasi.
Dan
kajian tersebut menggunakan metode yang digunakan Dr. Hans Christian Gram, yang
ditemukan pada tahun 1884 dalam pewarnaan bakteri (metode Gram staining), yang
mana warna ungu menunjukkan bakteri Gram positif dan warna merah untuk
negative. Semua sampel yang diuji dengan memilih bidang bakteri mikroskopis
untuk menghitung jumlah bakteri dengan menggunakan standar pembesaraan 100 kali
lipat. Dan ditemukan bahwa semua Gram negatif, dan diklasifikasikan bahwa ia
masuk sebagai bakteri Escherichia Coli.
Dan
hasilnya adalah sebagai berikut:
1) Pada kelompok usia nol
sampai 30 hari, prosentase keberadaan bakteri dalam urin bayi perempuan 95,44%
lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di
bidang mikroskopis untuk urin bayi perempuan mencapai 41,9 sedangkan pada
bidang yang sama untuk bayi laki-laki hanya berjumlah 2 saja.
2) Pada kelompok umur (dari
satu bulan sampai dua bulan) prosentase keberadaan bakteri dalam urin bayi perempuan
91,48% lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah
bakteri di bidang mikroskopis untuk urin bayi perempuan mencapai 24,1 sementara
jumlah dalam bayi laki-laki hanya 2,25.
3) Pada kelompok usia 2-3
bulan, prosentase keberadaan bakteri dalam urin bayi perempuan 93,69% lebih
banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di bidang
mikroskopis untuk urin bayi perempuan mencapai 24,1 sementara jumlah pada kasus
bayi laki-laki hanya 1,6.
4) Pada kelompok usia lebih
dari 3 bulan, prosentase bakteri dalam urin bayi perempuan 69% lebih banyak
dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di bidang
mikroskopis untuk urin bayi perempuan 13,9 sementara dalam kasus urin bayi
laki-laki jumlahnya 6,8.
Dan
di antara perbandingan di antara jenis yang sama kita cermati bahwa prosentase
jumlah bakteri pada perempuan (urin bayi perempuan) terus menurun dengan
bertambahnya usia, di mana prosentase tersebut pada kelompok usia kurang dari
satu bulan adalah 41,9.
Sedangkan
pada kelompok usia di atas tiga bulan kita cermati bahwa prosentasenya turun
menjadi 13,9 bertolak belakang dengan apa yang diamati pada laki-laki. Di mana
prosentase bakteri dalam kelompok usia kurang dari dua bulan lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah yang ada pada kelompok usia di atas tiga bulan (
yaitu 6,8).
Dan
disimpulkan dari hal ini bahwa prosentase bakteri pada perempuan adalah tinggi
sejak hari-hari awal usianya, tanpa melihat perkembangan usia dan terlepas dari
apakah ia sudah mulai mengonsumsi makanan atau tidak. Adapun laki-laki maka
keberadaan bakteri jauh lebih rendah pada hari-hari pertama usianya.
Dan
prosentase ini mulai meningkat secara bertahap dengan berlalunya waktu,
terutama ketika melewati bulan ketiga dari usianya, yang mana meningkatnya
kemungkinan mulai peningkatan prosentase tersebut dengan mengonsumsi makanan.
Penelitian Lain tentang perbedaan antara
urin bayi laki-laki yang masih menyusu dengan urin bayi perempuan juga
dilakukan oleh Dr. Shalahuddin Badr. Dan kesimpulan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Ilmu
pengetahuan pada hari ini menetapkan bahwa urin mengandung bakteri pathogen
dalam jumlah yang besar, yang menyebabkan penularan banyak jenis penyakit
ganas. Di antara bakteri ini adalah:
"Bakteri
E. coli (Escherichia Coli), staphylococcus, difteri, bakteri streptokokus,
jamur candida, dan lain-lain. Oleh sebab itu wajib mencuci, membersihkan tubuh
dan pakaian dari urin ini sehingga tidak terkena penyakit yang disebabkan oleh
salah satu dari jenis bakteri pathogen ini".
Ilmu
pengetahuan telah membuktikan bahwa urin anak yang baru lahir adalah steril,
dan tidak ada bakteri jenis apapun di dalamnya, tapi kemudian setelah itu ia
membawa bakteri, dan kebanyakan kontaminasi bakteri berasal dari saluran
pencernaan.
Dan
Dr. Shalahuddin dalam penelitiannya menegaskan bahwa urin bayi laki-laki yang
masih menyusu, yang hanya mengonsumsi ASI saja (susu alami) tidak mengandung
bakteri jenis apapun. Sementara pada bayi perempuan yang masih menyusu
mengandung beberapa jenis bakteri, dan dia mengembalikan hal ini kepada
perbedaan jenis kelamin.
Karena
saluran kencing perempuan lebih pendek daripada saluran pada laki-laki, di
samping sekresi kelenjar prostat yang ada pada laki-laki, yang berperan untuk
membunuh kuman. Oleh karena itu urin bayi laki-laki—yang belum memakan
makanan—tidak mengandung bakteri berbahaya.
Dan
sebagai akibat dari perbedaan anatomi sistem pembuangan urin pada perempuan dan
laki-laki, maka perempuan lebih rentan terhadap kontaminasi bakteri
dibandingkan laki-laki.
Maka
suatu hal yang mudah untuk berpindahnya bakteri ke kandung kemih pada wanita,
terutama bakteri yang berpindah dari ujung sistem pencernaan dan berhubungan
dengan saluran kemih. Dan kebanyakan bakteri tersebut adalah bakter coliform.
Dan
dengan melihat sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka terlihat
jelas bahwa urin perempuan mengandung bakteri penyebab infeksi, oleh karena itu
harus dicuci. Hal itu karena struktur anatomi sistem pembuangan urin, dan
kecilnya saluran kemih jika dibandingkan dengan sistem pada laki-laki.
Ilmu
pengetahuan hari ini telah mengungkap bahwa menyusui bayi dengan selain ASI,
seperti susu formula atau dengan makanan lainnya, baik yang alami maupun buatan
menyebabkan terjadinya kontaminasi urin, dimana ASI mencegah keberadaan bakteri
coliform dalam urinnya.
Dan
di sana ada beberapa jenis sukrosa di dalam ASI yang mencegah menempelnya
bakteri tersebut sel epitel di dalam sistem kemih, yang menyebabkan tidak
terjadinya kontaminasi urin dengan bakteri coliform, dan dengan demikian urin
menjadi steril (Diringkas dari British Medical Journal).
Wallahu’alam.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar