Disusun Oleh:
Raden Abdurrahman
A. Pengertian Wali Allah
Secara bahasa kata al-walii berasal dari kata dasar al-walaayah yang artinya cinta
dan kedekatan. Lawan kata dari kata al-walaayah
adalah al-‘adaawah yang artinya permusuhan. Orang yang taat kepada Allah
disebut wali Allah, karena kedekatannya dengan Allah melalui ibadah yang dia
lakukan dan ketundukannya untuk berusaha mengikuti semua aturan Sang Pencipta.
Allah ta’ala telah menjalaskan batasan,
siapakah wali Allah yang sesungguhnya. Dalam al Qur’an surat Yunus ayat 62-63,
Allah telah menjelaskan definisi wali Allah,
“Sesungguhnya
wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati – jaminan masuk surga – (Yaitu) orang-orang yang beriman
dan mereka selalu bertakwa.”
Berdasarkan kriteria yang disebutkan
dalam ayat di atas, Imam Abu Ja’far At-Thahawi memberikan sebuah kaidah:
والمؤمنونكلهمأولياءالرحمن،وأكرمهمعنداللهأطوعهموأتبعهمللقرآن
“Setiap mukmin adalah wali Allah.Dan
wali yang paling mulia di sisi Allah adalah wali yang paling taat dan paling
mengikuti Al Qur’an. (Aqidah Thahawiyah).
ketika menafsirkan ayat ini, Ibn Katsir
mengatakan:
يخبرتعالىأنأولياءههمالذينآمنواوكانوايتقون،كمافسرهمربهم،فكلمنكانتقياكانللهوليا
“Allah mengabarkan bahwa wali-wali-Nya
adalah setiap orang yang beriman dan bertaqwa.Sebagaimana yang Allah
jelaskan.Sehingga setiap orang yang bertaqwa maka dia adalah wali Allah.”
(Tafsir Ibn Katsir, 4/278).
Berdasarkan definisi yang disebutkan
pada ayat di atas serta beberapa keterangan ulama, dapat disimpulkan bahwa wali
Allah adalah setiap hamba Allah yang beriman kepada-Nya dan melaksanakan
konsekwensi imannya dengan melakukan ketaatan kepada-Nya.Kedekatannya dengan
Allah sebanding dengan kedaan iman yang ada pada dirinya.
Setiap mukmin, berpeluang untuk bisa
menjadi wali Allah.Selama dia berusaha berjuang untuk menjadi mukmin yang taat,
mengikuti ajaran Al-Quran dan sunah sebagaimana yang didakwahkan para sahabat.
Sekali lagi kami tekankan bahwa ‘wali
Allah’ sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesaktian, karamah maupun
kejadian-kejadian luar biasa lainnya. Allahu a’lam
B.
Definisi Karomah
Diantara keyakinan Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah adalah meyakini adanya Karomah dan ia datang dari sisi Allah Ta’ala.
Tahukah, apa yang dimaksud dengan Karomah?
Karamah adalah kejadian di luar kebiasaan (tabiat manusia) yang Allah
anugerahkan kepada seorang hamba tanpa disertai pengakuan (pemiliknya) sebagai
seorang nabi, tidak memiliki pendahuluan tertentu berupa doa, bacaan, ataupun
dzikir khusus, yang terjadi pada seorang hamba yang shalih, baik dia mengetahui
terjadinya (karamah tersebut) ataupun tidak, dalam rangka mengokohkan hamba
tersebut dan agamanya. (Syarhu Ushulil I’tiqad 9/15 dan Syarhu Al Aqidah Al
Wasithiyah 2/298 karya Asy Syaikh Ibnu Utsaimin)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
mengatakan: “Dan termasuk dari prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini adanya
Karomah para wali dan apa-apa yang Allah perbuat dari keluarbiasaan melalui
tangan-tangan mereka baik yang berkaitan dengan ilmu, mukasyafat (mengetahui
hal-hal yang tersembunyi), bermacam-macam keluarbiasaan (kemampuan) atau
pengaruh-pengaruh.” (Syarah Aqidah Al Wasithiyah hal.207).
Karomah ini tetap ada sampai akhir
zaman dan terjadi pada umat ini lebih banyak daripada umat-umat sebelumnya,
yang demikian itu menunjukan keridhoan Allah Ta’ala terhadap hamba-Nya dan
sebagai pertolongan baginya dalam urusan dunianya atau agamanya.Namun bukan
berarti Allah Ta’ala benci terhadap orang-orang yang tidak nampak karomah padanya.
Perkara “Karomah” ini telah tsabit
(tetap) secara nash baik dalam Al Qur’an maupun Sunnah bahkan juga secara
kenyataan.
C.
Kepada siapakah Karomah ini
diberikan?
Karomah ini Allah Ta’ala berikan
kepada hamba-hamba-Nya yang benar-benar beriman serta bertaqwa kepada-Nya, yang
disebut dengan wali Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman ketika menyebutkan
tentang sifat-sifat wali-wali-Nya :
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا
هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Ketahuilah sesungguhnya wali-wali
Allah itu tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih
hati, yaitu orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertaqwa”. (QS.
Yunus: 62-63)
Dalam ayat ini Allah Ta’ala
mengabarkan tentang keadaan wali-wali-Nya dan sifat-sifat mereka, yaitu:
“Orang-orang yang beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
para Rasul-Nya dan hari akhir serta beriman dengan takdir yang baik maupun yang
buruk.”
Kemudian mereka merealisasikan
keimanan mereka dengan melakukan ketakwaan dengan cara melakukan segala
perintah Allah Ta’ala dan meninggalkan segala larangan-Nya. (Taisir Karimir
Rahman karya As Sa’di hal, 368)
D.
Apakah wali Allah itu memiliki
atribut-atribut tertentu?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
menyatakan bahwa wali-wali Allah itu tidak memiliki sesuatu yang membedakan
mereka dengan manusia lainnya dari perkara-perkara dhahir yang hukumnya mubah
seperti pakaian, potongan rambut atau kuku.Dan merekapun terkadang dijumpai
sebagai ahli Al Qur’an, ilmu agama, jihad, pedagang, pengrajin atau para
petani. (Disarikan dari Majmu’ Fatawa 11/194)
E.
Apakah wali Allah itu harus memiliki
karamah? Lebih utama manakah antara wali yang memilikinya dengan yang tidak?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah menyatakan bahwa tidak setiap wali itu harus memiliki
karamah.Bahkan, wali Allah yang tidak memiliki karamah bisa jadi lebih utama
daripada yang memilikinya.Oleh karena itu, karamah yang terjadi di kalangan
para Tabi’in itu lebih banyak daripada di kalangan para Sahabat, padahal para
Sahabat lebih tinggi derajatnya daripada para Tabi’in. (Disarikan dari Majmu’
Fatawa 11/283)
F.
Apakah setiap yang di luar kebiasaan
dinamakan dengan ‘Karamah’?
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Nashir Ar
Rasyid rahimahullah memberi kesimpulan bahwa sesuatu yang di luar kebiasaan itu
ada tiga macam:
-
Mu’jizat
yang terjadi pada para Rasul dan Nabi
-
Karamah
yang terjadi pada para wali Allah
-
Tipuan
setan yang terjadi pada wali-wali setan (Disarikan dari At Tanbihaatus Saniyyah
hal. 312-313).
Sedangkan untuk mengetahui apakah
itu karamah atau tipu daya setan tentu saja dengan kita mengenal sejauh mana
keimanan dan ketakwaan pada masing-masing orang yang mendapatkannya (wali)
tersebut. Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Apabila kalian melihat
seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara maka janganlah
mempercayainya dan tertipu dengannya sampai kalian mengetahui bagaimana dia
dalam mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.” (A’lamus Sunnah Al
Manshurah hal. 193).
G.
Beberapa contoh Karamah
1. Allah Ta’ala berfirman (artinya):
“Maka
Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya
pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati
makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu
memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi
Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya
tanpa hisab.”. (QS. Al Imran: 37)
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata: “Ayat ini merupakan dalil akan adanya Karomah para wali yang keluar dari kebiasaan manusia, sebagaimana yang telah mutawatir dari hadits-hadits tentang permasalahan ini. Berbeda dengan orang-orang yang tidak meyakini tentang adanya Karomah ini.” (Taisir Karimur Rahman hal: 129)
2. Apa yang terjadi pada “Ashhabul
Kahfi” (penghuni gua). Suatu kisah agung yang terdapat dalam surat Al Kahfi.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya
mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan kami
tambahkan pada mereka petunjuk.” (QS. Al Kahfi: 13).
Mereka
ini (Ashabul Kahfi) sebelumnya hidup di tengah-tengah masyarakat yang kafir
(dengan pemerintahan yang kafir) lalu mereka lari dari masyarakat itu.Dalam
rangka menyelamatkan agama mereka, kemudian Allah melindungi mereka di dalam Al
Kahfi (gua yang luas yang berada di gunung).
Tatkala
Allah Ta’ala telah selamatkan mereka di dalam gua tersebut, lalu Allah tidurkan
mereka dalam waktu yang sangat panjang, disebutkan dalam ayat (artinya): “Mereka
tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).”
(Al Kahfi:25).
3. Diantara Karomah para wali yang
disebutkan dalam Al Qur’an adalah apa yang terjadi pada Dzul Qarnain yaitu
seorang raja yang shalih yang Allah nyatakan (artinya): “Sesungguhnya kami
telah memberi kekuasaan kepadanya di muka bumi dan kami telah memberikan
kepadanya jalan untuk mencapai segala sesuatu”. (Al Kahfi :84)
4. Diantara Karomah para wali juga apa
yang terjadi pada kedua orang tua seorang anak yang dibunuh oleh nabi Khidhir
yang ketika itu nabi Musa mengatakan: ”Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih
padahal dia tidak membunuh orang lain?“, yang kemudian Khidhir menjawabnya:
“Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang yang mukmin dan kami
khawatir bahwa dia akan menariknya kepada kesesatan dan kekafiran.” (Al
Kahfi:74)
5. Apa yang telah diriwayatkan secara mutawatir tentang berita Salafus Shalih
dari para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam, Tabi’in, Tabiut Tabi’in
dan generasi setelah mereka tentang perkara Karomah yang terjadi pada diri
mereka.
H.
Perbedaan Antara Karomah Dan
Perbuatan Syaithon
Ada sesuatu yang bukan mu’jizat dan
juga bukan Karomah, dia adalah “Al Ahwal As Syaithoniyyah” (perbuatan
syaithon). Inilah yang banyak menipu kaum muslimin, dengan anggapan bahwa ia
Karomah, padahal justru tidak ada kaitannya dengan Karomah, karena:
a. Karomah datangnya dari Allah Ta’ala
sedangkan ia jelas datangnya dari syaithon. Sebagaimana yang terjadi pada
Musailamah Al Kadzdzab dan Al Aswad Al Ansyi (Dua orang pendusta di zaman
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam yang mengaku menjadi nabi) dan
menyampaikan perkara-perkara yang ghoib, ini jelas merupakan perbuatan
syaithon.
b. Demikian pula Karomah para wali
disebabkan karena kuatnya keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah Ta’ala.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ”Barang siapa yang bertaqwa kepada
Allah Ta’ala maka ia pun menjadi wali Allah Ta’ala”. Sedangkan perbuatan
syaithon ini dikarenakan kufurnya mereka kepada Allah Ta’ala dengan melakukan
kesyirikan-kesyirikan serta kemaksiatan kepada Allah Ta’ala, dan syarat-syarat
tertentu yang harus ia lakukan.
c. Karomah merupakan suatu pemberian
dari Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang shalih dengan tanpa susah payah
darinya, berbeda dengan perbuatan syaithon, maka ini terjadi dengan susah payah
setelah sebelumnya ia berbuat syirik kepada Allah Ta’ala.
d. Karomah para wali tidak bisa
disanggah atau dibatalkan dengan sesuatupun. Berbeda dengan perbuatan syaithon
yang dapat dibatalkan dengan menyebut nama-nama Allah Ta’ala atau dibacakan
ayat kursi atau yang semisalnya dari ayat-ayat Al Qur’an. Bahkan Syaikhul Islam
menyebutkan bahwa ada seseorang yang terbang di atas udara kemudian datang
seseorang dari Salafushshalih lalu dibacakan ayat kursi kepadanya maka seketika
itu dia jatuh dan mati.
e. Karomah itu tidaklah menjadikan
seseorang sombong dan merasa bangga diri, justru dengan adanya Karomah ini
menjadikannya semakin bertaqwa kepada Allah dan semakin mensyukuri nikmat Allah
Ta’ala. Adapun perbuatan syaithon bisa menjadikan seseorang bangga diri atau
sombong dengan kemampuan yang dia miliki serta angkuh terhadap Allah Ta’ala,
sehingga jelaslah bagi kita akan hakekat Karomah dan perbuatan syaithon.
I.
Syubhat dan Bantahannya
Ada beberapa kelompok yang
mengingkari adanya Karomah, yaitu: Jahmiyah, Mu’tazilah’ dan sebagian dari
Asy’ariyah.Mereka berdalil dengan syubhat-syubhat yang dilandasi dengan akal
mereka yang rendah. Mereka mengatakan: ”Bahwa terjadinya Karomah itu hanya
merupakan perkara yang akan menjadikan kesamaran antara nabi dengan para wali
dan antara wali dengan Dajjal.”
Bantahan syubhat ini (secara
ringkas) adalah:
a) Kita yakin dengan keyakinan yang
penuh bahwa Karomah itu benar-benar ada berdasarkan dalil baik dari Al Qur’an
maupun As Sunnah dan kenyataan yang ada.
b) Ucapan mereka bahwa Karomah dapat
menjadikan kesamaran antara wali dengan seorang Nabi, justru tidaklah demikian
karena wali sama sekali tidak berkaitan dengan kenabian, dan apa yang terjadi
dari Karomah itu dikarenakan kuatnya keimanan dan ketakwaan dia kepada Allah Ta’ala
dan disebabkan waro’nya.
c) Sedangkan kesamaan antara wali
dengan Dajjal, maka sungguh dapat dilihat dari kehidupan seseorang yang terjadi
padanya keluarbiasaan itu. Kemudian dilihat dari keadaan orang ini apakah dia
seorang yang shalih atau seorang yang fasiq. Demikianlah timbangan yang benar
didalam menghukumi seseorang yang terjadi padanya perkara-perkara yang di luar
kebiasaan manusia.
J.
Macam-Macam Manusia Dalam Mensikapi
Masalah Karomah.
a. Orang-orang yang mengingkari adanya
Karomah yaitu dari kelompok ahli bid’ah seperti Mu’tazilah, Jahmiyyah, dan
sebagian dari Asy’ariyah. Dengan alasan yang telah disebutkan diatas.
b. Orang-orang yang bersikap ghuluw
(berlebih-lebihan) dalam menetapkan Karomah yaitu dari kalangan orang-orang
“Sufi” dan para “Penyembah kubur”, yang menganggap segala keluarbiasaan itu
sebagai Karomah, tanpa memperhatikan keadaan pelakunya atau pemiliknya.
c. Orang-orang yang mengimani serta
membenarkan adanya Karomah dan mereka tetapkan Karomah tersebut sebagaimana
yang terdapat dalam Al Quran dan As Sunnah. Mereka itu adalah Ahlus Sunnah wal
Jama'ah.
(Lihat syarah Al Aqidah Al Wasithiyah oleh As Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan hal: 207-208). Wallahu A’lam bis Shawab.
(Lihat syarah Al Aqidah Al Wasithiyah oleh As Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan hal: 207-208). Wallahu A’lam bis Shawab.
Wallahua'lam.
Referensi :
Abu Hurairah. 2008. Hakikat
Karomah Wali-Wali Allahhttp://aabuhurairah.blogspot.com/2008/11/hakekat-karomah-wali-allah-dan-wali.html.Diunduh 17 September 2013.
Anonim.
2012. Tasawuf dan Wali. http://ahlussunnahsukabumi.com/tasawuf-dan-wali/.
Diunduh 17 September
2013.
Syarah Al Aqidah Al Wasithiyah oleh
As Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan. 2001. Dar Al-Ashimah. Ryadh.