KAJIAN KITAB SAFINAH VIII MACAM-MACAM AIR

Jumat, 15 Mei 2020


Pasal Kelima: Macam-macam Air1
 (فصل) الماء قليل وكثير: القليل مادون القلتين، والكثير قلتان فأكثر. القليل يتنجس بوقوع النجاسة فيه وإن لم يتغير. والماء الكثير لا يتنجس إلا إذا تغير طعمه أو لونه أو ريحه.
Air ada dua macam; Air yang sedikit dan air yang banyak. Air yang sedikit adalah air yang kurang dari dua qullah dan air yang banyak adalah yang sampai dua qullah atau lebih2. Air yang sedikit akan menjadi najis jika kejatuhan najis kedalamnya, sekalipun tidak berubah.

Adapun air yang banyak maka tdak akan menjadi najis kecuali air tersebut telah berubah rasa, warna atau baunya3.

Penjelasan:
Hukum asal air itu adalah Suci (Thahur). Air thahur adalah air yang bsesuai dengan bentuk aslinya (belum berubah) baik yang keluar dari dalam tanah atau yang diturunkan dari langit. Allah Ta’ala berfirman:
إِذۡ يُغَشِّيكُمُ ٱلنُّعَاسَ أَمَنَةٗ مِّنۡهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيۡكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ لِّيُطَهِّرَكُم بِهِۦ وَيُذۡهِبَ عَنكُمۡ رِجۡزَ ٱلشَّيۡطَٰنِ وَلِيَرۡبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمۡ وَيُثَبِّتَ بِهِ ٱلۡأَقۡدَامَ ١١
“(ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu)”. (Qs. Al-Anfaal: 11).

Nabi –Shalallahu A’laihi Wasalam- bersabda tentang Sumur Budha’ah :
وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ أَخْرَجَهُ الثَّلَاثَةُ وَصَحَّحَهُ أَحْمَد
Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:"Sesungguhnya (hakekat) air adalah suci dan mensucikan, tak ada sesuatu pun yang menajiskannya." Dikeluarkan oleh Imam Tiga dan dinilai shahih oleh Ahmad. Abu Dawud (no. 66); Nasa’i (I:174); at-Tirmidzi dlm Sunannya (I/45 no. 66); ‘Aunul Ma’bud (I/126-127 no.66-67); Irwa’ul Ghalil (no.14)}.


1.      Macam-Macam Air
 Air yang boleh digunakan untuk bersuci adalah:
1.        Air Turun Dari Langit (Air Hujan, Embun dan Salju)
Allah Ta’ala berfirman: “Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu...”(Qs. Al-Anfaal: 11).
Allah I juga berfirman: “Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih,,,” (QS. Al-Furqan: 48)
Nabi bersabda dlm doa iftitah: Ya Allah, jauhkanlah daku dari dosa-dosaku sebagaimana Engkau inenjauhkan Timur dan Barat. Ya Allah bersihkanlah daku sebagaimana dibersihkannya kain yang putih dan kotoran.Ya Allah, sucikanlah daku dan kesalahan-kesalahanku dengan salju, air dan embun”.
(H.R. Jamaah kecuali Turmudzi)
2.        Air Laut
Nabi-Shalallahu ‘Alaihi Wasalam- tentang air laut, bersabda: “Ia (laut itu) suci airnya  dan Halal bangkainya”.{Hadits Shahih; Shahih Ibnu Majah (no. 309); al-Muwaththa’ Imam Malik (no. 40); Sunan Abu Dawud (I/ 152 no. 83); Sunan Tirmidzi (I/47 no. 69); Sunan Nasa’i (I/176)}.

3.        Air Tanah (Air Sumur, Air Sungai, Sumber  mata Air)
Abu Sa’id berkata: “Ada seorang sahabat yang bertanya: Ya Rasulullah, Bolehkah kami berwudhu dengan (air) sumur budha’ah? Yaitu sebuah sumur yang semua darah haidh, daging anjing dan barang-barang busuk dibuang didalamnya.”maka jawab beliau -Shalallahu ‘Alaihi Wasalam-: “Air itu suci, tidak bisa dinajiskan oleh sesuatupun”. {Hadits Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 66); Nasa’i (I:174); at-Tirmidzi dlm Sunannya (I/45 no. 66); ‘Aunul Ma’bud (I/126-127 no.66-67); Irwa’ul Ghalil (no.14)}.
Dan Keumuman Hadits Rasulullah -Shalallahu ‘Alaihi Wasalam-, Beliau bersabda : Bumi dijadikan masjid dan suci bagiku. (HR Bukhari dan Muslim).

2.      Air Dua Qullah dan Kurang Dari Dua Qullah
وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إذَا كَانَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلْ الْخَبَثَ وَفِي لَفْظٍ لَمْ يَنْجُسْ  أَخْرَجَهُ الْأَرْبَعَةُ  وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ وَالْحَاكِمُ وَابْنُ حِبَّان
Dari Abdullah Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jika banyaknya air telah mencapai dua kullah maka ia tidak mengandung kotoran." Dalam suatu lafadz hadits: "Tidak najis". [HR. Imam Empat dan dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Hakim, dan Ibnu Hibban]
Kesimpulan dari hadits ini jika air tidak sampai dua qullah, maka ia menjadi najis walaupun tdak berubah rasa, bau, dan warna.  Pemahaman ini ditunjukkan dari hadits Imam Muslim:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلَا يَغْمِسْ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَهَذَا لَفْظُ مُسْلِم 
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seseorang di antara kamu bangun dari tidurnya maka janganlah ia langsung memasukkan tangannya ke dalam tempat air sebelum mencucinya tiga kali terlebih dahulu sebab ia tidak mengetahui apa yang telah dikerjakan oleh tangannya pada waktu malam." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Muslim.

Syaikh Dr. Musthafa Dib Al Budgha menjelaskan bahwa : “Orang yang bangun tidur dilarang memasukkan tanganya ke bejana karena khawatir tanganya kotor oleh najis yang tidak terlihat, sebagaimana diketahui, najis yang tidak terlihat tidak akan menyebabkan air itu berubah. Jika bukan karena najis yang tidak terlihat itu menyebabkan air (sedikit/ kurang dari dua qullah) menjadi najis hanya dengan persentuhanya, maka hahl ini tidak akan dilarang.  Dua Qullah kira-kira sama dsengan 190 liter, atau luas kubus yang panjang sisinya 58 cm. [dalam kitab At-Tahdzib fi Adillat matan  Al-Ghayah Wa at-Taqrib]

1)      Dalil najisnya air yang tercampur benda najis dan jumlahnya tidak sampai dua Qullah atau mencapai dua Qullah namun berubah adalah Ijma (Keseepakatan Ulama Salafush Shalih). Dikatakan dalam kitab al majmu’ bahwa Imam Ibnul Munzir mengatakan “Para ulama sepakat bahwa air yang sedikit atau banyak jika bercampur dengan najis, kemudia berubah rasa, warna, atau baunya maka itu najis”. [dalam kitab At-Tahdzib fi Adillat matan  Al-Ghayah Wa at-Taqrib]

Adapun Hadits :
إنَّ الْمَاءَ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ إلَّا مَا غَلَبَ عَلَى رِيحِهِ وَطَعْمِهِ وَلَوْنِهِ  أَخْرَجَهُ ابْنُ مَاجَهْ وَضَعَّفَهُ أَبُو حَاتِمٍ وَلِلْبَيْهَقِيِّ الْمَاءُ طَهُورٌ إلَّا إنْ تَغَيَّرَ رِيحُهُ أَوْ طَعْمُهُ أَوْ لَوْنُهُ بِنَجَاسَةٍ تَحْدُثُ فِيهِ
"Sesungguhnya air itu tidak ada sesuatu pun yang dapat menajiskannya kecuali oleh sesuatu yang dapat merubah bau, rasa atau warnanya."  [HR. Ibnu Majah dan dianggap lemah oleh Ibnu Hatim].
Dalam riwayat Al Baihaqi, "Air itu thohur (suci dan mensucikan) kecuali jika air tersebut berubah bau, rasa, atau warna oleh najis yang terkena padanya."
Hadits ini dha’if. Imam Ibnul Mulaqqin berkata, "terlepas dari kedhoifan tambahan (yang mengecualikan) tersebut, ijma’ dapat dijadikan hujjah sebagaimana yang dikatakan oleh Imam As Syafi'i dan Al Baihaqi, dan selain keduanya. Syaikhul Islam berkata, "Apa yang telah menjadi ijma' oleh kaum muslimin (Ulama’) maka itu berdasarkan nash, kami tidak mengetahui satu masalahpun yang telah menjadi ijma' kaum muslimin tetapi tidak berdasarkan nash. [kitab Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom karya Syaikh Abdullah Al Bassam]
Wallahua'lam
===============


DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Tafsir
Ø  Al-Qur’an Dan Terjemah Departemen Agama RI.
Ø  Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsiir Ibnu Katsir; Shahih Tafsir Ibnu Katsir. 2009. Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri. Penterjemah: Tim Pustaka Ibnu Katsir. Ibnu Katsir. Jakarta.
Ø  Tafsir Al-Muyassar. Syaikh Dr. Shalih bin Muhammad Alu Asy-Syaikh. Penterjemah; Muhammad Ashim, Lc. & Izzudin Karimi. Lc. Darul Haq. Jakarta.

Kitab Aqidah
Ø  A’laamus Sunnah Al-Mansyurah Li I’’tiqaadi Ath-Thaifah An-Najiah Al-Manshurah (Terjemah: Buku Pintar Aqidah Ahlis Sunnah). 2006. Syaikh Hafidz bin  Ahmad bin Ali Al-Hikami. Penterjemah: Abu Umar Basyir. At-Tibyan. Jakarta.
Ø  Penjelasan Syarhus Sunnah Li Muzanni. 2013. Abu Usman Kharisman. Pustaka Hudaya. Tanpa kota terbit.
Ø  Mukhtashar Syu’ab Al-Iman Li Imam Baihaqi. 2011. Imam Al-Quzwaini Asy-Syafi’i. Tahqiq & Tahrij: Abdul Qadir Al-Arnauth. Penterjemah: Anshari Taslim. Pustaka Azzam. Jakarta.
Ø  Syarhys Sunnah. 1438. Imam Al-Barbahari. Penterjemah:Fathur Rabbani bin Yazid Jawaz. At-Tibyan. Jakarta.
Ø  Syarhu Tsalatsatil Ushul (Terjemah: Ulasan Tuntas 3 Prinsip Pokok). 2010. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penterjemah: Zainal Abidin bin Syamsudin, Lc. & Ainul Harits Arifin, Lc. Darul Haq. Jakarta.
Ø  Sulamut Taufiq. 2012. Syaikh Imam Nawawi al bantani. Penterjemah: KH. Moh. Anwar & Anwar Abu Bakar, Lc. Sinar baru Al-gensindo.Bandung.
Kitab Fikih
Ø  At-Tahdzib fi Adillat Matan Al Ghayah Wa at-taqrib (Terjemah: Fikih Islam Lengkap Madzhab Syafi’i). 2009. Syaikh Dr. Musthafa Dib Al-Budgha. Penterjemah: D.A. Pakihsati. Media Dzikir. Surakarta.
Ø  Terjemahan Kitab Safinatun Najah, Fiqh Ibadah Praktis Dan Mudah Terjemahan Dan Penjelasan. Penulis : KH. Ust, Yahya Wahid Dahlan
Ø  Matan Safinatun Najah fii ushuli ad-Diini wal fiqhi. 2011. Syaikh Salim Bin Sumair Al Hadhramiy. Maktabah Ar-Razin.
Ø  Minhajut Thalibin wa Umdhatul Mutfin Jilid 1 & 2. Imam Nawawi,
Ø  Nailur Raja bi Syarhi Safinatun Najaa (Terjemah: Intisari Fiqih madzhab Syafi’i). 2011. Al-‘Alaamah Al-Habib Ahmad bin Umar Asy-Syathiri. Penterjemah: Umar Husain As-Segaf. Cahaya Ilmu Publishing. Surabaya.
Ø  Fathul Qarib. 1431. Syaikh Syamsudin Abu Abdillah. Penterjemah: Abu H.F. Ramadhan B.A. Mutiara Ilmu. Surabaya.
Ø  Fiqhus Sunnah lin Nisaa’. Syaikh Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim. Griya Ilmu; Jakarta.
Ø  Kifayatul Akhyar. Imam Taqiyuddin Al-Husaini Adimasyqi. Isa Al Babi Al-Halabi.
Ø  Mukhtashar Kitab Al-Umm li Imam Syafi’i. Jild 1, 2, dan 3. 2005. Tahqiq & Takhrij : Husain Abdul Hamid Abu Nashr Nail. Penterjemah: M. Yasir Abd Muthalib. Pustaka Azzam. Jakarta.
Ø  Qawaidul Fiqhiyah. 2009. Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf. Pustaka Al Furqan. Gersik.
Kitab Hadits dan Syarah
Ø  Syarah Hadits Arbain An-Nawawi. Imam Ibnu Daqiq al-Ied. At-Tibyan. Jakarta.
Ø  Al-Wafi bi Syarhi Arbain an-Nawawiyah. 2016. Syaikh Dr. Musthafa Dib Al-Budgha & Syaikh Muhyiddin Mistu. Penterjemah: Muhil Dhafir. Lc. Al-I’tishom. Jakarta.
Ø  Fatawa Rasulullah –Shalallahu’alaihi wasalm-. 1996. Imam Ibnul Qayim Al Juziyah. Penterjemah: Ahmad Sunarto. Husaini. Bandung.
Ø  Syarh Bulughul Marom. Syaikh Dr. Muhammad Luqman As-Salafi. Penterjemah: Ahmad Sunarto. Karya Utama. Surabaya.
Ø  Al-Fawa’idu ‘I-Muntaqah min Syarhi Shahih Muslim (Terjemah: Mutiara Pilihan Syarah Shahih Muslim). 2006. Syaikh Sulthan nin Abdillah Al-Umari. Penterjemah: Abu Umar Basyir. Al-Qawam. Solo.
Ø  Taisirul ‘Alam Syarh Umdhatul Ahkam; Syarah Hadits Pilihan Bukhari-Muslim. 2008. Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Ali Bassam. Penterjemah: Kathur Suhard. Darul Falah. Jakarta.
Ø  Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom.  Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Ali Bassam
Ebook Kitab Tambahan.
Ø  Tafsir Ibnu Katsir. Imam Ibnu Katsir. 2013.  Kampungsunnah.org
Ø  Tafsir Jalalain. Imam Jalaluddin Asy-Syuyuthi & Imam Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy. 2009. Pesantren Persatuan Islam: Tasikmalaya. Http://Www.Maktabah-Alhidayah.Tk
Ø  Bulughul Maram Min Adillatil Ahkaam. Imam Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany. 2010. Pesantren Persatuan Islam: Tasikmalaya. http://www.persis91tsn.tk
Ø  Al-Muwatha’. Imam Malik. 2010. Penterjemah: Abu Ahmad as Sidokare. Pustaka Pribadi Abu Ahmad as Sidokare. Tanpa Kota Terbit.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

INSAN MANDIRI FARM iNDONESIA
Lihat profil lengkapku

Domain .COM Termurah

Hosting Unlimited Indonesia