Pasal Kelima: Macam-macam Air1
(فصل)
الماء قليل وكثير: القليل مادون القلتين، والكثير قلتان فأكثر. القليل يتنجس بوقوع
النجاسة فيه وإن لم يتغير. والماء الكثير لا يتنجس إلا إذا تغير طعمه أو لونه أو
ريحه.
Air ada dua macam; Air yang sedikit dan air yang
banyak. Air yang sedikit adalah air yang kurang dari dua qullah dan air yang
banyak adalah yang sampai dua qullah atau lebih2. Air yang sedikit
akan menjadi najis jika kejatuhan najis kedalamnya, sekalipun tidak berubah.
Adapun air yang banyak maka tdak akan menjadi
najis kecuali air tersebut telah berubah rasa, warna atau baunya3.
Penjelasan:
Hukum asal air itu adalah Suci
(Thahur). Air thahur adalah air yang bsesuai dengan bentuk aslinya (belum
berubah) baik yang keluar dari dalam tanah atau yang diturunkan dari langit.
Allah Ta’ala berfirman:
إِذۡ يُغَشِّيكُمُ ٱلنُّعَاسَ أَمَنَةٗ مِّنۡهُ
وَيُنَزِّلُ عَلَيۡكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ لِّيُطَهِّرَكُم بِهِۦ وَيُذۡهِبَ
عَنكُمۡ رِجۡزَ ٱلشَّيۡطَٰنِ وَلِيَرۡبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمۡ وَيُثَبِّتَ بِهِ ٱلۡأَقۡدَامَ
١١
“(ingatlah),
ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya,
dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu
dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan
untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu)”. (Qs.
Al-Anfaal: 11).
Nabi
–Shalallahu A’laihi Wasalam- bersabda tentang Sumur Budha’ah :
وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ
شَيْءٌ أَخْرَجَهُ الثَّلَاثَةُ وَصَحَّحَهُ أَحْمَد
Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:"Sesungguhnya (hakekat) air
adalah suci dan mensucikan, tak ada sesuatu pun yang menajiskannya."
Dikeluarkan
oleh Imam Tiga dan dinilai shahih oleh Ahmad. Abu Dawud (no. 66); Nasa’i (I:174);
at-Tirmidzi dlm Sunannya (I/45 no. 66); ‘Aunul Ma’bud (I/126-127 no.66-67);
Irwa’ul Ghalil (no.14)}.
1. Macam-Macam
Air
Air yang boleh digunakan untuk bersuci adalah:
1.
Air Turun Dari Langit (Air
Hujan, Embun dan Salju)
Allah Ta’ala berfirman: “Allah menurunkan kepadamu hujan
dari langit untuk mensucikan kamu...”(Qs. Al-Anfaal: 11).
Allah
I juga berfirman: “Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih,,,”
(QS. Al-Furqan: 48)
Nabi
bersabda dlm doa iftitah: “Ya Allah, jauhkanlah
daku dari dosa-dosaku sebagaimana Engkau inenjauhkan Timur dan Barat. Ya Allah
bersihkanlah daku sebagaimana dibersihkannya kain yang putih dan kotoran.Ya
Allah, sucikanlah daku dan kesalahan-kesalahanku dengan salju, air dan embun”.
(H.R. Jamaah kecuali Turmudzi)
(H.R. Jamaah kecuali Turmudzi)
2.
Air Laut
Nabi-Shalallahu ‘Alaihi
Wasalam- tentang air laut, bersabda: “Ia (laut itu) suci airnya dan Halal bangkainya”.{Hadits Shahih;
Shahih Ibnu Majah (no. 309); al-Muwaththa’ Imam Malik (no. 40); Sunan Abu Dawud
(I/ 152 no. 83); Sunan Tirmidzi (I/47 no. 69); Sunan Nasa’i (I/176)}.
3.
Air Tanah (Air Sumur, Air
Sungai, Sumber mata Air)
Abu Sa’id berkata: “Ada
seorang sahabat yang bertanya: Ya Rasulullah, Bolehkah kami berwudhu dengan
(air) sumur budha’ah? Yaitu sebuah sumur yang semua darah haidh, daging anjing
dan barang-barang busuk dibuang didalamnya.”maka jawab beliau -Shalallahu
‘Alaihi Wasalam-: “Air itu suci, tidak bisa dinajiskan oleh sesuatupun”.
{Hadits Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 66); Nasa’i (I:174);
at-Tirmidzi dlm Sunannya (I/45 no. 66); ‘Aunul Ma’bud (I/126-127 no.66-67);
Irwa’ul Ghalil (no.14)}.
Dan Keumuman Hadits
Rasulullah -Shalallahu ‘Alaihi Wasalam-, Beliau bersabda : “Bumi dijadikan masjid dan suci bagiku. (HR
Bukhari dan Muslim).
2. Air Dua Qullah dan Kurang Dari Dua
Qullah
وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إذَا
كَانَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلْ الْخَبَثَ وَفِي
لَفْظٍ لَمْ يَنْجُسْ أَخْرَجَهُ
الْأَرْبَعَةُ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ وَالْحَاكِمُ وَابْنُ حِبَّان
Dari Abdullah Ibnu Umar Radliyallaahu
'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jika
banyaknya air telah mencapai dua kullah maka ia tidak mengandung kotoran."
Dalam suatu lafadz hadits: "Tidak najis". [HR. Imam Empat dan dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Hakim, dan
Ibnu Hibban]
Kesimpulan dari hadits ini jika air
tidak sampai dua qullah, maka ia menjadi najis walaupun tdak berubah rasa, bau,
dan warna. Pemahaman ini ditunjukkan
dari hadits Imam Muslim:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلَا
يَغْمِسْ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا فَإِنَّهُ لَا
يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَهَذَا لَفْظُ مُسْلِم
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seseorang di antara
kamu bangun dari tidurnya maka janganlah ia langsung memasukkan tangannya ke
dalam tempat air sebelum mencucinya tiga kali terlebih dahulu sebab ia tidak
mengetahui apa yang telah dikerjakan oleh tangannya pada waktu malam."
Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Muslim.
Syaikh Dr. Musthafa Dib Al Budgha menjelaskan bahwa : “Orang
yang bangun tidur dilarang memasukkan tanganya ke bejana karena khawatir
tanganya kotor oleh najis yang tidak terlihat, sebagaimana diketahui, najis
yang tidak terlihat tidak akan menyebabkan air itu berubah. Jika bukan karena
najis yang tidak terlihat itu menyebabkan air (sedikit/ kurang dari dua qullah)
menjadi najis hanya dengan persentuhanya, maka hahl ini tidak akan
dilarang. Dua Qullah kira-kira sama
dsengan 190 liter, atau luas kubus yang panjang sisinya 58 cm. [dalam kitab At-Tahdzib
fi Adillat matan Al-Ghayah Wa at-Taqrib]
1) Dalil najisnya air yang tercampur
benda najis dan jumlahnya tidak sampai dua Qullah atau mencapai dua Qullah
namun berubah adalah Ijma (Keseepakatan Ulama Salafush Shalih). Dikatakan dalam
kitab al majmu’ bahwa Imam Ibnul Munzir mengatakan “Para ulama sepakat bahwa
air yang sedikit atau banyak jika bercampur dengan najis, kemudia berubah rasa,
warna, atau baunya maka itu najis”. [dalam kitab At-Tahdzib fi Adillat matan Al-Ghayah Wa at-Taqrib]
Adapun
Hadits :
إنَّ
الْمَاءَ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ إلَّا مَا غَلَبَ عَلَى رِيحِهِ وَطَعْمِهِ
وَلَوْنِهِ أَخْرَجَهُ ابْنُ مَاجَهْ وَضَعَّفَهُ
أَبُو حَاتِمٍ وَلِلْبَيْهَقِيِّ الْمَاءُ
طَهُورٌ إلَّا إنْ تَغَيَّرَ رِيحُهُ أَوْ طَعْمُهُ أَوْ لَوْنُهُ بِنَجَاسَةٍ
تَحْدُثُ فِيهِ
"Sesungguhnya air itu tidak ada
sesuatu pun yang dapat menajiskannya kecuali oleh sesuatu yang dapat merubah
bau, rasa atau warnanya." [HR. Ibnu Majah
dan dianggap lemah oleh Ibnu Hatim].
Dalam riwayat Al Baihaqi, "Air itu thohur
(suci dan mensucikan) kecuali jika air tersebut berubah bau, rasa, atau warna
oleh najis yang terkena padanya."
Hadits ini dha’if. Imam Ibnul
Mulaqqin berkata, "terlepas dari kedhoifan tambahan (yang mengecualikan)
tersebut, ijma’ dapat dijadikan hujjah sebagaimana yang dikatakan oleh Imam As
Syafi'i dan Al Baihaqi, dan selain keduanya. Syaikhul Islam berkata, "Apa
yang telah menjadi ijma' oleh kaum muslimin (Ulama’) maka itu berdasarkan nash,
kami tidak mengetahui satu masalahpun yang telah menjadi ijma' kaum muslimin
tetapi tidak berdasarkan nash. [kitab Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom
karya Syaikh Abdullah Al Bassam]
Wallahua'lam===============
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Quran dan Tafsir
Ø Al-Qur’an
Dan Terjemah Departemen Agama RI.
Ø Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsiir Ibnu Katsir; Shahih
Tafsir Ibnu Katsir. 2009. Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri.
Penterjemah: Tim Pustaka Ibnu Katsir. Ibnu Katsir. Jakarta.
Ø Tafsir Al-Muyassar. Syaikh Dr. Shalih
bin Muhammad Alu Asy-Syaikh. Penterjemah; Muhammad Ashim, Lc. & Izzudin
Karimi. Lc. Darul Haq. Jakarta.
Kitab Aqidah
Ø A’laamus Sunnah Al-Mansyurah Li I’’tiqaadi Ath-Thaifah
An-Najiah Al-Manshurah (Terjemah: Buku Pintar Aqidah Ahlis Sunnah).
2006. Syaikh Hafidz bin Ahmad bin Ali
Al-Hikami. Penterjemah: Abu Umar Basyir. At-Tibyan. Jakarta.
Ø Penjelasan Syarhus Sunnah Li Muzanni.
2013. Abu Usman Kharisman. Pustaka Hudaya. Tanpa kota terbit.
Ø Mukhtashar Syu’ab Al-Iman Li Imam Baihaqi.
2011. Imam Al-Quzwaini Asy-Syafi’i. Tahqiq & Tahrij: Abdul Qadir
Al-Arnauth. Penterjemah: Anshari Taslim. Pustaka Azzam. Jakarta.
Ø Syarhys Sunnah. 1438. Imam Al-Barbahari.
Penterjemah:Fathur Rabbani bin Yazid Jawaz. At-Tibyan. Jakarta.
Ø Syarhu Tsalatsatil Ushul (Terjemah: Ulasan Tuntas 3
Prinsip Pokok). 2010. Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin. Penterjemah: Zainal Abidin bin Syamsudin, Lc. & Ainul Harits
Arifin, Lc. Darul Haq. Jakarta.
Ø Sulamut Taufiq. 2012. Syaikh Imam Nawawi
al bantani. Penterjemah: KH. Moh. Anwar & Anwar Abu Bakar, Lc. Sinar baru
Al-gensindo.Bandung.
Kitab Fikih
Ø At-Tahdzib fi Adillat Matan Al Ghayah Wa at-taqrib
(Terjemah: Fikih Islam Lengkap Madzhab Syafi’i).
2009. Syaikh Dr. Musthafa Dib Al-Budgha. Penterjemah: D.A. Pakihsati. Media
Dzikir. Surakarta.
Ø Terjemahan Kitab Safinatun Najah, Fiqh
Ibadah Praktis Dan Mudah Terjemahan Dan
Penjelasan. Penulis : KH. Ust, Yahya Wahid Dahlan
Ø Matan Safinatun Najah fii ushuli ad-Diini wal fiqhi. 2011.
Syaikh Salim Bin Sumair Al Hadhramiy.
Maktabah Ar-Razin.
Ø Minhajut Thalibin wa Umdhatul Mutfin Jilid 1 & 2.
Imam Nawawi,
Ø Nailur Raja bi Syarhi Safinatun Najaa (Terjemah: Intisari
Fiqih madzhab Syafi’i). 2011. Al-‘Alaamah Al-Habib Ahmad bin Umar
Asy-Syathiri. Penterjemah: Umar Husain As-Segaf. Cahaya Ilmu Publishing.
Surabaya.
Ø Fathul Qarib. 1431. Syaikh Syamsudin
Abu Abdillah. Penterjemah: Abu H.F. Ramadhan B.A. Mutiara Ilmu. Surabaya.
Ø Fiqhus
Sunnah lin Nisaa’. Syaikh Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim. Griya Ilmu;
Jakarta.
Ø Kifayatul Akhyar. Imam Taqiyuddin
Al-Husaini Adimasyqi. Isa Al Babi Al-Halabi.
Ø Mukhtashar Kitab Al-Umm li Imam
Syafi’i. Jild 1, 2, dan 3. 2005. Tahqiq & Takhrij : Husain Abdul Hamid Abu
Nashr Nail. Penterjemah: M. Yasir Abd Muthalib. Pustaka Azzam. Jakarta.
Ø Qawaidul Fiqhiyah. 2009. Ahmad Sabiq bin Abdul
Latif Abu Yusuf. Pustaka Al Furqan. Gersik.
Kitab Hadits dan Syarah
Ø Syarah Hadits Arbain An-Nawawi.
Imam Ibnu Daqiq al-Ied. At-Tibyan. Jakarta.
Ø Al-Wafi bi Syarhi Arbain an-Nawawiyah.
2016. Syaikh Dr. Musthafa Dib Al-Budgha & Syaikh Muhyiddin Mistu.
Penterjemah: Muhil Dhafir. Lc. Al-I’tishom. Jakarta.
Ø Fatawa Rasulullah –Shalallahu’alaihi wasalm-.
1996. Imam Ibnul Qayim Al Juziyah. Penterjemah: Ahmad Sunarto. Husaini.
Bandung.
Ø Syarh Bulughul Marom. Syaikh Dr.
Muhammad Luqman As-Salafi. Penterjemah: Ahmad Sunarto. Karya Utama. Surabaya.
Ø Al-Fawa’idu ‘I-Muntaqah min Syarhi Shahih Muslim
(Terjemah: Mutiara Pilihan Syarah Shahih Muslim).
2006. Syaikh Sulthan nin Abdillah Al-Umari. Penterjemah: Abu Umar Basyir.
Al-Qawam. Solo.
Ø Taisirul ‘Alam Syarh Umdhatul Ahkam; Syarah Hadits
Pilihan Bukhari-Muslim. 2008. Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Ali Bassam.
Penterjemah: Kathur Suhard. Darul Falah. Jakarta.
Ø Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom. Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Ali Bassam
Ebook
Kitab Tambahan.
Ø Tafsir Ibnu Katsir. Imam Ibnu Katsir.
2013. Kampungsunnah.org
Ø Tafsir Jalalain. Imam Jalaluddin Asy-Syuyuthi & Imam Jalaluddin
Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy. 2009. Pesantren Persatuan Islam: Tasikmalaya. Http://Www.Maktabah-Alhidayah.Tk
Ø Bulughul Maram Min Adillatil Ahkaam.
Imam Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany. 2010. Pesantren
Persatuan Islam: Tasikmalaya. http://www.persis91tsn.tk
Ø Al-Muwatha’. Imam Malik.
2010. Penterjemah: Abu
Ahmad as Sidokare. Pustaka Pribadi Abu Ahmad as Sidokare. Tanpa Kota Terbit.
0 komentar:
Posting Komentar