KAJIAN KITAB SAFINAH BAGIAN V : RUKUN IMAN

Kamis, 16 Januari 2020


Pasal Kedua: Rukun Iman1
(فصل) أركان الإيمان ستة: أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، وباليوم الآخر، وبالقدر خيره وشره من الله تعالى.
Rukun iman ada enam, yaitu:
1.      Beriman kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala2.
2.      Beriman kepada Mala’ikat3
3.      Beriman dengan semua kitab-kitab suci4.
4.      Beriman dengan semua Rasul5.
5.      Beriman dengan hari kiamat6.
6.      Beriman dengan ketentuan baik dan buruknya dari Alloh Subhaanahu wa Ta’aala7.


Penjelasan:
Iman menurut bahasa adalah membenarkan. Adpun menurut istilah syari’at, yaitu meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan membuktikannya dengan amal perbuatan, yang terdiri dari tujuh puluh tiga cabang. Iman dapat bertambah dan berkurang, bertambahnya iman dengan ketaatan kepada Allah, dan berkurang dengan kemaksiatan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.Dan malu itu termasuk bagian dari iman.
[Diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 9 dan dalam al-Adabul Mufrad, no. 598; Muslim, 35 [58], dan lafazh hadits di atas adalah lafazh riwayat imam Muslim; Ahmad, II/414, 445; Abu Dawud, no. 4676; At-Tirmidzi, no. 2614; An-Nasâ-I, VIII/110; Ibnu Mâjah, no. 57; Ibnu Hibban, no. 166, 181, 191-at-Ta’lîqâtul Hisân ‘ala Shahîh Ibni Hibbân]
1)      Rukun Iman, Rukun Islam, Dan Rukun Ihsan
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال : بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر , لا يرى عليه أثر السفر , ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبته إلى ركبتيه ووضح كفيه على فخذيه , وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام , فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم " الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا " قال صدقت فعجبا له يسأله ويصدقه , قال : أخبرني عن الإيمان قال " أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره " قال : صدقت , قال : فأخبرني عن الإحسان , قال " أن تعبد الله كأنك تراه , فإن لم تكن تراه فإنه يراك " قال , فأخبرني عن الساعة , قال " ما المسئول بأعلم من السائل " قال فأخبرني عن اماراتها . قال " أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان " . ثم انطلق فلبث مليا , ثم قال " يا عمر , أتدري من السائل ؟" , قلت : الله ورسوله أعلم , قال " فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم " رواه مسلم

Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya" Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu" [Muslim no. 8]
2)      Iman Kepada Allah Ta’ala

Iman Kepada Allah Ta’ala adalah sebuah pembenaran yang teguh, lahir dari lubuk hati terhadap keberadaan Allah Ta’ala yang  tidak didahului dengan ketidak adaan dan tidak akan pernah menjadi tidak ada sesudahnya. Allah adalah Al-Awwal, tidak ada sebelumNya, dan  Allah adalah Al-Akhir tidak ada sesuatu sesudahNya. Allah adallah Azh-Zhahir tidak ada sesuatu diatasnya dan Allah Adalah Al Baathin tidak ada sesuatu dibawahNya, Allah Maha Hidup dan Maha Mengawasi, Maha Esa, menjadi sandaran segala makhluk yang ada. Allah berfirman:
قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ١  ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ٢  لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ٣  وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ ٤
“ Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa (1)  Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2) Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (3) dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (4)" [Qs. Al-Ikhlas: 1-4]

Beriman kepada Allah meliputi 3 pokok:
ü  Beriman dalam Rububuyah Allah (Meyakini Adanya Allah ) yakni, meyakini bahwa Allah adalah  Satu-satunya Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan raja dari segala sesuatu, pencipta dan pemelihara segala sesuatu, yang berhak mengatur segala sesuatu. Allah tidak memiliki sekutu dalam kekuasaanNya. Allah berfirman:
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢
“ Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (2)” [Qs. Al Fatihah:2]

ü  Beriman  dalam Uluhiyyah Allah (Beribadah Hanya Kepada Allah) yakni, Mengesakan Allah dengan segala bentuk ibadah yang lahir maupun batin, dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, dan menolak segala bentuk ibadah terhadap selain Allah, siapapun dia. Allah berfirman:
۞وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡ‍ٔٗاۖ ...٣٦
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun”... [Qs. An-Nisa’: 36].

ü  Beriman dalam Asma wa ash-Shifaat Allah (Nama dan Sifat Allah) yakni, Meyakini Nama dan Sifat Allah yang telah digambarkan oleh Allah untuk diriNya dalam KitabNya, atau sifat yang digambarkan oleh RasulNya dalam hadits, berupa Al-Asma’ Al Husna, dsn Ash-Shifat Al Ula. Meyakininya sebagaimana Lahirya (tidak menafsirkan ke makna lain dan tidak juga menyamakan dengan makhluk) tanpa mempertanyakan hakikatNya, sebagainana Allah berfirman dalam banyak Ayat:
يَعۡلَمُ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِۦ عِلۡمٗا ١١٠
“Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya (110)”.[Qs. Thaha: 110].
وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ وَذَرُواْ ٱلَّذِينَ يُلۡحِدُونَ فِيٓ أَسۡمَٰٓئِهِۦۚ سَيُجۡزَوۡنَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٨٠
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan (180)” [Qs. Al-A’raf: 180].
Imam adz-Dzahabi dalam kitabnya Siyar A’lam an Nubala’ menuturkan dari Imam Syafi’i رحمه الله, kata beliau: “Kita menerapkan sifat-sifat Allah عزّوجلّ ini sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi صلي الله عليه وسلم, dan kita meniadakan tasybih (menyamakan Allah عزّوجلّ dengan makhluk-Nya), sebagaimana Allah عزّوجلّ  juga meniadakan tasybih itu dalam firman-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
“Tidak ada satu pun yang serupa dengan Dia.” (Asy-Syura : 11)


3)      Iman Kepada Malaikat

Iman kepada malaikat adalah pengakuan yang tegas terhadap adanya mereka, bahwa mereka adalah salah satu jenis makhluk ghaib Allah yang ciptakan, diatur dan dikuasai oleh Allah. Dan mereka senantiasa beribadah kepada Allah. Mereka diciptakan dari cahaya dan diberikan kekuatan untuk mentaati dan melaksanakan perintah dengan sempurna. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَهُۥ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَمَنۡ عِندَهُۥ لَا يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِهِۦ وَلَا يَسۡتَحۡسِرُونَ ١٩ يُسَبِّحُونَ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ لَا يَفۡتُرُونَ ٢٠
‘Dan kepunyaan-Nya-lah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih (19) Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya (20)” [Qs. Al-Anbiya’: 19-20].

Beriman kepada Malaikat meliputi 4 pokok:
ü  Beriman terhadap keberadaan mereka
ü  Beriman terhadap nama-nama mereka yang telah diketahui dalam al-Qur’an dan Sunnah.
ü  Beriman terhadap sifat merekan yang telah diketahi dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
ü  Beriman terhadap tugas-tugas mereka yang telah diketahui dalam al-Qur’an dan Sunnah.

Nama dan Tugas Para malaikat yang telah diketahui, diantaranya:
a.      Malaikat Jibril Bertugas untuk menyampaikan wahyu Allah kepada Nabi dan Rasul.
b.      Malaikat Mikail Bertugas untuk memberi rezeki kepada umat manusia atas izin Allah.
c.        Malaikat Israfil Bertugas untuk meniup terompet sangkakala saat hari kiamat.
d.      Malaikat Izrail Bertugas untuk mencabut nyawa atas izin Allah, biasa disebut malaikat maut.
e.       Malaikat Munkar Bertanggungjawab menanyakan amal perbuatan manusia di alam barzakh (alam kubur).
f.         Malaikat Nakir Bertanggungjawab menanyakan amal perbuatan manusia di alam barzakh (alam kubur).
g.      Malaikat Raqib Bertugas untuk mencatat segala amal baik manusia saat masih hidup.
h.      Malaikat Atid Bertugas untuk mencatat segala amal buruk manusia saat masih hidup.
i.         Malaikat Malik Bertugas untuk menjaga pintu neraka.
j.         Malaikat Ridwan Bertugas untuk menjaga pintu surga.

4)      Beriman Kepada  Kitab-Kitab Allah

Iman kepada kitab-kitab Allah adalah Membenarkan  dengan pasti bahwasanya seluruh kitab-kitab tersebut  (Zabur, Taurat, Injil dan Al Qur’an) turub dari sisi Allah ta’ala dan  Allah benar telah mengucapkanya.


Allah menurunkan kitabnya dengan beberapa cara:
-          Diantara firman Allah ada yang didengar dari balik hijab, tanpa melaalui perantara seorang malaikat yang diutus (Jibril)
-          Firman Allah yang disampaikan oleh rasul dari kalangan malaikat (jibril) kepada rasul dari kalangan manusia.
-          Firman Allah yang diturunka langsung yang ditulis oleh Allah.
-          Firman Allah  sampaikan langsung kepada utusanya dengan berbicara dengan Rasul yang dikehendakiNya.

Beriman kepada kitab-kitab Allah meliputi 4 pokok:
ü  Beriman bahwa kitab tersebut secara benar (Haq) datang dari Allah.
ü  Beriman terhadap nama-nama kitab yang telah kita ketahui, yakni: Al-Qur’an diturankan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam, Injil kepada diturunkan Nabi Isa Alaihis salam, Taurat diturunkan kepada Nabi Musa Alaihis salam, dan  Zabur diturunkan kepada Nabi Dawud Alaihis salam.  Adapun yang tidak diketahui kita imani secara global.
ü  Membenarkan segala yang dikabarkanya seperti berita yang disebutkan al-Qur’an dan cerita yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu sebelum diselewengkan.
ü  Mengamalkan dan melaksanakan segala hukum yang belum dinashk (dihapus) dengan senang hati dan ridha, baik sudah kita ketahui hikmahnya atau belum. Ajaran seluruh kitab-kitab terdahulu dinashk oleh al-Qur’an. Allah Berfirman:
وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِۖ فَٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيعٗا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ٤٨
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (48)” [Qs. AL-Ma’idah : 48]

5)      Iman Kepada Para Rasul Allah

Iman Kepada Para Rasul Allah adalah membenarkan dengan pasti bahwasanya Allah Ta’ala telah mengutus pada setiap umat seorang rasul dari kalangan mereka untuk menyeru (berdakwah) kepada mereka agar beribadah hanya kepada Allah semata, dan mengkufuri selurah yang disembah selain Allah. Allah Ta’ala berfirman:
...فَهَلۡ عَلَى ٱلرُّسُلِ إِلَّا ٱلۡبَلَٰغُ ٱلۡمُبِينُ ٣٥
“... maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang (35)”. [Qs. An-Nahl: 35]

Beriman kepada para Rasul meliputi 4 pokok:
ü  Mengimani bahwasanya risalah mereka benar-benar dari Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa mengingkari risalah mereka, walaupun hanya seorang (dari mereka), maka menurut pendapat seluruh ulama ia dikatakan kafir

Mengimani nama-nama Rasul yang sudah kita kenali, yang Allah sebutkan dalam Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih.
Jumlah Nabi dan Rasul banyak sekali. Menurut riwayat bahwa jumlah Nabi ada 124.000 dan jumlah Rasul ada 315. Adapun yang terkenal ada 25 Rasul.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang para Nabi dan Rasul di dalam Al-Qur-an ada 25, yaitu Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Isma’il, Is-haq, Ya’qub, Yusuf, Syu’aib, Ayyub, Dzulkifli, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya, Yahya, ‘Isa dan Muhammad, صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ. Lihat surat Ali ‘Imran: 33; Hud: 50, 61, 84; al-Anbiyaa’: 85; al-An’aam: 83-86 dan al-Fat-h: 29.

Di antara nama para Nabi yang juga disebutkan di dalam As-Sunnah, yaitu Syiit dan Yuusya’ bin Nun. Sedangkan yang di-ikhtilafkan ulama, apakah ia Nabi ataukah hamba yang shalih, adalah Khidhir, Dzul Qarnain dan Luqman, wallaahu a’lam.

Allah memberikan keutamaan sebagian Rasul atas sebagian yang lainnya. Rasul dan Nabi yang paling utama ada lima, yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ibrahim , Musa, ‘Isa, dan Nuh Alaihimussallam. Kelima Nabi dan Rasul itu disebut Ulul ‘Azmi. Allah menyebut mereka dalam dua tempat, yakni dalam surat al-Ahzaab ayat 7 dan asy-Syuura’ ayat 13.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِنَ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَ مِيثَٰقَهُمۡ وَمِنكَ وَمِن نُّوحٖ وَإِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَۖ وَأَخَذۡنَا مِنۡهُم مِّيثَٰقًا غَلِيظٗا ٧
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh (7)”. [Qs. Al-Ahzab: 7]

Terhadap para Rasul yang tidak kita ketahui nama-nama mereka, maka kita wajib mengimaninya secara global. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ
“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu…” [Al-Mu’min: 78]
ü  Membenarkan berita-berita mereka yang shahih riwayatnya.
ü  Mengamalkan syari’at Rasul yang diutus kepada kita. Dia adalah Nabi terakhir, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang diutus Allah Azza wa Jalla kepada seluruh manusia. Allah Ta’ala berfirman:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيۡنَهُمۡ ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَرَجٗا مِّمَّا قَضَيۡتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسۡلِيمٗا ٦٥
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya (65)”. [Qs. An-Nisa: 65]
6)      Beriman kepada Hari Akhir (Hari Kiamat)
Iman kepada hari akhir adalah pembenaran yang tegas bahwa hari itu pasti terjadi, dimana seluruh makhluk dimatikan (pada tiupan sangkakala pertama) dan dibangkitkan dari kubur (pada tiupan sangkakala kedua) untuk dihisab dan dibalas. Dikatakan hari kiamat karena tidak ada hari setelahnya, dimana setiap penghuni surga akan menetap disurga dan penghuni neraka akan menetyap di neraka. Allah Ta’ala berfirman:
 إِنَّمَا تُوعَدُونَ لَصَادِقٞ ٥  وَإِنَّ ٱلدِّينَ لَوَٰقِعٞ ٦
“Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar (5) dan sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi (60). [Qs. Adz-Dzariyat:5-6].
Beriman kepada hari akhir meliputi 3 pokok:
ü  Beriman kepada hari kebangkitan, yaitu saat dihidupkanya makhluk-makhluk mati pada sangkakala kedua ditiupkan.
ü  Beriman kepada Hisab (perhitungan) dan  jaza’ (pembalasan. Disaat itu seluruh amal diperhityungkan dan akan dibalas sesuai dengan amal masing-masing.
ü  Beriman kepada adanya surga dan neraka, bahwa keduanya adalah tempat kembali yang abadi bagi manusia dan jin.
ü  Beriman bahwasanya daya nalar dan penangkapan makhluk sangatlah terbatas, sebatas yang diberikan oleh Allah  yang tidak mungkin bisa menangkap segala yang ada.
7)      Beriman Kepada Takdir (Qadar) Baik dan Buruk.
Iman kepda Takdir baik dan buruk adalah pembenaran yang tegas bahwa ketentuan Allah yang berlaku bagi setiapo MakhlukNya, susuai dengan ilmu dan hikmah yang dikehendakiNya.
وَكَانَ أَمۡرُ ٱللَّهِ مَفۡعُولٗا ٣٧
“... Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi(37)”. [Qs. Al-Ahzab; 37].
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ١١
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (11)”.  [Qs. At-Taghabun: 11].

Beriman kepada Takdir baik dan Takdir buruk meliputi 4 pokok:
ü  Beriman bahwa Allah Mmengetahui sega sesuatu secara rinci dan global sejak zaman dulu dan azali baik berhubungan perbuatanNya maupun perbuatan hambaNya.
ü  Beriman bahwa Allah enulis semua ketentuan (Qadar) tersebut di Lauh al-Mahfuzh.
ü  Beriman bahwa smua yang ada di alam tidak ada kecuali atas kehendak Allah, baik yang berhubungan dengan perbuatannya atau perbuatan MakhlukNya.
ü  Beriman bahwa segala makhluk yang ada adalah ciptaan Allah, baik Dzatnya, sifatnya maupun gerakanNya.
Pasal Ketiga: Makna “Laa Ilaaha Illallah”
 (فصل) ومعنى لاإله إلاالله: لامعبود بحق في الوجود إلا الله.
Adapun arti “La ilaha illallah”, yaitu: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah atau di ibadahi selain Alloh. 1


Penjelasan:
1.      Tafsir “Laa Ilaaha”  menolak segala bentuk sesembahan selain Allah, dan “Illallah” menetapkan bahwa segala bentuk ibadah hanya untuk Allah saja, yang tidak ada sekutu bagi-Nya dalam beribadah kepada-Nya dan tidak ada pula  sekutu dalam kekuasaan-Nya.
a)      Allah berfirman:

وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦٓ إِنَّنِي بَرَآءٞ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ )٢٦( إِلَّا ٱلَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُۥ سَيَهۡدِينِ )٢٧ ( وَجَعَلَهَا كَلِمَةَۢ بَاقِيَةٗ فِي عَقِبِهِۦ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ )٢٨ (

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah (26) Tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku" (27). Dan (lbrahim a. s.) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu (28). [Qs. Az-Zukhruf : 26-28].





b)     Allah Berfirman :

قُلۡ يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ تَعَالَوۡاْ إِلَىٰ كَلِمَةٖ سَوَآءِۢ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمۡ أَلَّا نَعۡبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشۡرِكَ بِهِۦ شَيۡ‍ٔٗا وَلَا يَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا أَرۡبَابٗا مِّن دُونِ ٱللَّهِۚ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَقُولُواْ ٱشۡهَدُواْ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ )٦٤ (

“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)" [Qs. Ali Imran :64]

Wallahua'lam.
=================



DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Tafsir
Ø  Al-Qur’an Dan Terjemah Departemen Agama RI.
Ø  Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsiir Ibnu KatsirShahih Tafsir Ibnu Katsir. 2009. Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri. Penterjemah: Tim Pustaka Ibnu Katsir. Ibnu Katsir. Jakarta.
Ø  Tafsir Al-Muyassar. Syaikh Dr. Shalih bin Muhammad Alu Asy-Syaikh. Penterjemah; Muhammad Ashim, Lc. & Izzudin Karimi. Lc. Darul Haq. Jakarta.

Kitab Aqidah
Ø  A’laamus Sunnah Al-Mansyurah Li I’’tiqaadi Ath-Thaifah An-Najiah Al-Manshurah (Terjemah: Buku Pintar Aqidah Ahlis Sunnah). 2006. Syaikh Hafidz bin  Ahmad bin Ali Al-Hikami. Penterjemah: Abu Umar Basyir. At-Tibyan. Jakarta.
Ø  Penjelasan Syarhus Sunnah Li Muzanni. 2013. Abu Usman Kharisman. Pustaka Hudaya. Tanpa kota terbit.
Ø  Mukhtashar Syu’ab Al-Iman Li Imam Baihaqi. 2011. Imam Al-Quzwaini Asy-Syafi’i. Tahqiq & Tahrij: Abdul Qadir Al-Arnauth. Penterjemah: Anshari Taslim. Pustaka Azzam. Jakarta.
Ø  Syarhys Sunnah. 1438. Imam Al-Barbahari. Penterjemah:Fathur Rabbani bin Yazid Jawaz. At-Tibyan. Jakarta.
Ø  Syarhu Tsalatsatil Ushul (Terjemah: Ulasan Tuntas 3 Prinsip Pokok). 2010. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penterjemah: Zainal Abidin bin Syamsudin, Lc. & Ainul Harits Arifin, Lc. Darul Haq. Jakarta.
Ø  Sulamut Taufiq. 2012. Syaikh Imam Nawawi al bantani. Penterjemah: KH. Moh. Anwar & Anwar Abu Bakar, Lc. Sinar baru Al-gensindo.Bandung.

Kitab Fikih
Ø  At-Tahdzib fi Adillat Matan Al Ghayah Wa at-taqrib (Terjemah: Fikih Islam Lengkap Madzhab Syafi’i). 2009. Syaikh Dr. Musthafa Dib Al-Budgha. Penterjemah: D.A. Pakihsati. Media Dzikir. Surakarta.
Ø  Matan Safinatun Najah fii ushuli ad-Diini wal fiqhi. 2011. Syaikh Salim Bin Sumair Al Hadhramiy. Maktabah Ar-Razin.
Ø  Minhajut Thalibin wa Umdhatul Mutfin Jilid 1 & 2. Imam Nawawi, 
Ø  Nailur Raja bi Syarhi Safinatun Najaa (Terjemah: Intisari Fiqih madzhab Syafi’i). 2011. Al-‘Alaamah Al-Habib Ahmad bin Umar Asy-Syathiri. Penterjemah: Umar Husain As-Segaf. Cahaya Ilmu Publishing. Surabaya.
Ø  Fathul Qarib. 1431. Syaikh Syamsudin Abu Abdillah. Penterjemah: Abu H.F. Ramadhan B.A. Mutiara Ilmu. Surabaya.
Ø  Kifayatul Akhyar. Imam Taqiyuddin Al-Husaini Adimasyqi. Isa Al Babi Al-Halabi.
Ø  Mukhtashar Kitab Al-Umm li Imam Syafi’i. Jild 1, 2, dan 3. 2005. Tahqiq & Takhrij : Husain Abdul Hamid Abu Nashr Nail. Penterjemah: M. Yasir Abd Muthalib. Pustaka Azzam. Jakarta.
Ø  Qawaidul Fiqhiyah. 2009. Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf. Pustaka Al Furqan. Gersik.

Kitab Hadits dan Syarah
Ø  Syarah Hadits Arbain An-Nawawi. Imam Ibnu Daqiq al-Ied. At-Tibyan. Jakarta.
Ø  Al-Wafi bi Syarhi Arbain an-Nawawiyah. 2016. Syaikh Dr. Musthafa Dib Al-Budgha & Syaikh Muhyiddin Mistu. Penterjemah: Muhil Dhafir. Lc. Al-I’tishom. Jakarta.
Ø  Fatawa Rasulullah –Shalallahu’alaihi wasalm-. 1996. Imam Ibnul Qayim Al Juziyah. Penterjemah: Ahmad Sunarto. Husaini. Bandung.
Ø  Syarh Bulughul Marom. Syaikh Dr. Muhammad Luqman As-Salafi. Penterjemah: Ahmad Sunarto. Karya Utama. Surabaya.
Ø  Al-Fawa’idu ‘I-Muntaqah min Syarhi Shahih Muslim (Terjemah: Mutiara Pilihan Syarah Shahih Muslim). 2006. Syaikh Sulthan nin Abdillah Al-Umari. Penterjemah: Abu Umar Basyir. Al-Qawam. Solo.
Ebook Kitab Tambahan.
Ø  Tafsir Ibnu Katsir. Imam Ibnu Katsir. 2013.  Kampungsunnah.org
Ø  Tafsir Jalalain. Imam Jalaluddin Asy-Syuyuthi & Imam Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy. 2009. Pesantren Persatuan Islam: Tasikmalaya. Http://Www.Maktabah-Alhidayah.Tk
Ø  Bulughul Maram Min Adillatil Ahkaam. Imam Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany. 2010. Pesantren Persatuan Islam: Tasikmalaya. http://www.persis91tsn.tk
Ø  Al-Muwatha’. Imam Malik. 2010. Penterjemah: Abu Ahmad as Sidokare. Pustaka Pribadi Abu Ahmad as Sidokare. Tanpa Kota Terbit.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

INSAN MANDIRI FARM iNDONESIA
Lihat profil lengkapku

Domain .COM Termurah

Hosting Unlimited Indonesia